Rabu, 15 Desember 2010

Mengucapkan Selamat Hari Raya Kepada Agama Lain

Alhamdulillahi robbil 'alamin, wa shalaatu wa salaamu 'ala nabiyyina Muhammad wa 'ala alihi wa shohbihi wa sallam. Sudah sering kita mendengar ucapan semacam ini menjelang perayaan Natal yang dilaksanakan oleh orang Nashrani. Mengenai dibolehkannya mengucapkan selamat natal ataukah tidak kepada orang Nashrani, sebagian kaum muslimin masih kabur mengenai hal ini.

Sebagian di antara mereka dikaburkan oleh pemikiran sebagian orang yang dikatakan pintar (baca : cendekiawan), sehingga mereka menganggap bahwa mengucapkan selamat natal kepada orang Nashrani tidaklah mengapa (alias 'boleh-boleh saja').

Bahkan sebagian orang pintar tadi mengatakan bahwa hal ini diperintahkan atau dianjurkan.Namun untuk mengetahui manakah yang benar, tentu saja kita harus merujuk pada Al Qur'an dan As Sunnah, juga pada ulama yang mumpuni, yang betul-betul memahami agama ini. Ajaran islam ini janganlah kita ambil dari sembarang orang, walaupun mungkin orang-orang yang diambil ilmunya tersebut dikatakan sebagai cendekiawan. 

Namun sayang seribu sayang, sumber orang-orang semacam ini kebanyakan merujuk pada perkataan orientalis barat yang ingin menghancurkan agama ini. Mereka berusaha mengutak-atik dalil atau perkataan para ulama yang sesuai dengan hawa nafsunya. Mereka bukan karena ingin mencari kebenaran dari Allah dan Rasul-Nya, namun sekedar mengikuti hawa nafsu.

Jika sesuai dengan pikiran mereka yang sudah terkotori dengan paham orientalis, barulah mereka ambil. Namun jika tidak bersesuaian dengan hawa nafsu mereka, mereka akan tolak mentah-mentah. Ya Allah, tunjukilah kami kepada kebenaran dari berbagai jalan yang diperselisihkan –dengan izin-Mu-Semoga dengan berbagai fatwa dari ulama yang mumpuni ini, kita mendapat titik terang mengenai permasalahan ini.

Fatwa Pertama – Mengucapkan Selamat Natal dan Merayakan Natal BersamaBerikut adalah fatwa ulama besar Saudi Arabia, Syaikh Muhammad bin Sholeh Al Utsaimin rahimahullah, dari kumpulan risalah (tulisan) dan fatwa beliau (Majmu' Fatawa wa Rosail Ibnu 'Utsaimin), 3/28-29, no. 404. Beliau rahimahullah pernah ditanya,"Apa hukum mengucapkan selamat natal (Merry Christmas) pada orang kafir (Nashrani) dan bagaimana membalas ucapan mereka? Bolehkah kami menghadiri acara perayaan mereka (perayaan Natal)?

Apakah seseorang berdosa jika dia melakukan hal-hal yang dimaksudkan tadi, tanpa maksud apa-apa? Orang tersebut melakukannya karena ingin bersikap ramah, karena malu, karena kondisi tertekan, atau karena berbagai alasan lainnya. Bolehkah kita tasyabbuh (menyerupai) mereka dalam perayaan ini?"

Beliau rahimahullah menjawab :Memberi ucapan Selamat Natal atau mengucapkan selamat dalam hari raya mereka (dalam agama) yang lainnya pada orang kafir adalah sesuatu yang diharamkan berdasarkan kesepakatan para ulama (baca : ijma' kaum muslimin), sebagaimana hal ini dikemukakan oleh Ibnul Qoyyim rahimahullah dalam kitabnya 'Ahkamu Ahlidz Dzimmah'. Beliau rahimahullah mengatakan, "Adapun memberi ucapan selamat pada syi'ar-syi'ar kekufuran yang khusus bagi orang-orang kafir (seperti mengucapkan selamat natal, pen) adalah sesuatu yang diharamkan berdasarkan ijma' (kesepakatan) kaum muslimin.

Contohnya adalah memberi ucapan selamat pada hari raya dan puasa mereka seperti mengatakan, 'Semoga hari ini adalah hari yang berkah bagimu', atau dengan ucapan selamat pada hari besar mereka dan semacamnya." Kalau memang orang yang mengucapkan hal ini bisa selamat dari kekafiran, namun dia tidak akan lolos dari perkara yang diharamkan.

Ucapan selamat hari raya seperti ini pada mereka sama saja dengan kita mengucapkan selamat atas sujud yang mereka lakukan pada salib, bahkan perbuatan seperti ini lebih besar dosanya di sisi Allah. Ucapan selamat semacam ini lebih dibenci oleh Allah dibanding seseorang memberi ucapan selamat pada orang yang minum minuman keras, membunuh jiwa, berzina, atau ucapan selamat pada maksiat lainnya.

Banyak orang yang kurang paham agama terjatuh dalam hal tersebut. Orang-orang semacam ini tidak mengetahui kejelekan dari amalan yang mereka perbuat. Oleh karena itu, barangsiapa memberi ucapan selamat pada seseorang yang berbuat maksiat, bid'ah atau kekufuran, maka dia pantas mendapatkan kebencian dan murka Allah Ta'ala." –Demikian perkataan Ibnul Qoyyim rahimahullah -Dari penjelasan di atas, maka dapat kita tangkap bahwa mengucapkan selamat pada hari raya orang kafir adalah sesuatu yang diharamkan.

Alasannya, ketika mengucapkan seperti ini berarti seseorang itu setuju dan ridho dengan syiar kekufuran yang mereka perbuat. Meskipun mungkin seseorang tidak ridho dengan kekufuran itu sendiri, namun tetap tidak diperbolehkan bagi seorang muslim untuk ridho terhadap syiar kekufuran atau memberi ucapan selamat pada syiar kekafiran lainnya karena Allah Ta'ala sendiri tidaklah meridhoi hal tersebut.

Allah Ta'ala berfirman,

إِنْ تَكْفُرُوا فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ عَنْكُمْ وَلَا يَرْضَى لِعِبَادِهِ الْكُفْرَ وَإِنْ تَشْكُرُوا يَرْضَهُ لَكُمْ"

Jika kamu kafir maka sesungguhnya Allah tidak memerlukan (iman)mu dan Dia tidak meridhai kekafiran bagi hamba-Nya; dan jika kamu bersyukur, niscaya Dia meridhai bagimu kesyukuranmu itu." (QS. Az Zumar [39] : 7)

Allah Ta'ala juga berfirman,

الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا"

Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu ni'mat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu." (QS. Al Maidah [5] : 3) [Apakah Perlu Membalas Ucapan Selamat Natal?]

Memberi ucapan selamat semacam ini pada mereka adalah sesuatu yang diharamkan, baik mereka adalah rekan bisnis ataukah tidak. Jika mereka mengucapkan selamat hari raya mereka pada kita, maka tidak perlu kita jawab karena itu bukanlah hari raya kita dan hari raya mereka sama sekali tidak diridhoi oleh Allah Ta'ala. Hari raya tersebut boleh jadi hari raya yang dibuat-buat oleh mereka (baca : bid'ah).

Atau mungkin juga hari raya tersebut disyariatkan, namun setelah Islam datang, ajaran mereka dihapus dengan ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan ajaran Islam ini adalah ajaran untuk seluruh makhluk. Mengenai agama Islam yang mulia ini,

Allah Ta'ala sendiri berfirman,

وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلَامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الْآَخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ"

Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu)daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi." (QS. Ali Imron [3] : 85)

[Bagaimana Jika Menghadiri Perayaan Natal?]
Adapun seorang muslim memenuhi undangan perayaan hari raya mereka, maka ini diharamkan. Karena perbuatan semacam ini tentu saja lebih parah daripada cuma sekedar memberi ucapan selamat terhadap hari raya mereka. Menghadiri perayaan mereka juga bisa jadi menunjukkan bahwa kita ikut berserikat dalam mengadakan perayaan tersebut.

Bagaimana mungkin perbuatan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam yang mengunjungi seorang Yahudi untuk mengajaknya masuk Islam, kita samakan dengan orang yang bertandang ke non muslim untuk menyampaikan selamat hari raya untuk menjaga hubungan?! Tidaklah mungkin kita kiaskan seperti ini kecuali hal ini dilakukan oleh orang yang jahil dan pengikut hawa nafsu. Fatwa Ketiga - Merayakan Natal BersamaFatwa berikut adalah fatwa Al Lajnah Ad Daimah Lil Buhuts Al 'Ilmiyyah wal Ifta' (Komisi Tetap Urusan Riset dan Fatwa Kerajaan Arab Saudi) no. 8848.

Pertanyaan : Apakah seorang muslim diperbolehkan bekerjasama dengan orang-orang Nashrani dalam perayaan Natal yang biasa dilaksanakan pada akhir bulan Desember?

Di sekitar kami ada sebagian orang yang menyandarkan pada orang-orang yang dianggap berilmu bahwa mereka duduk di majelis orang Nashrani dalam perayaan mereka. Mereka mengatakan bahwa hal ini boleh-boleh saja. Apakah perkataan mereka semacam ini benar? Apakah ada dalil syar'i yang membolehkan hal ini?

Jawab :Tidak boleh bagi kita bekerjasama dengan orang-orang Nashrani dalam melaksanakan hari raya mereka, walaupun ada sebagian orang yang dikatakan berilmu melakukan semacam ini. Hal ini diharamkan karena dapat membuat mereka semakin bangga dengan jumlah mereka yang banyak.

Di samping itu pula, hal ini termasuk bentuk tolong menolong dalam berbuat dosa.

Padahal Allah berfirman

,وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ"

Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran." (QS. Al Maidah [5] : 2)

Semoga Allah memberi taufik pada kita. Shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad, pengikut dan sahabatnya. Ketua Al Lajnah Ad Da'imah :

Syaikh Abdul Aziz bin Abdillah bin Baz Saatnya Menarik Kesimpulan

Dari penjelasan di atas, kita dapat menarik beberapa kesimpulan

Pertama, Kita –kaum muslimin- diharamkan menghadiri perayaan orang kafir termasuk di dalamnya adalah perayaan Natal. Bahkan mengenai hal ini telah dinyatakan haram oleh Majelis Ulama Indonesia sebagaimana dapat dilihat dalam fatwa MUI yang dikeluarkan pada tanggal 7 Maret 1981.

Kedua, Kaum muslimin juga diharamkan mengucapkan 'selamat natal' kepada orang Nashrani dan ini berdasarkan ijma' (kesepakatan) kaum muslimin sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnul Qoyyim.

Jadi, cukup ijma' kaum muslimin ini sebagai dalil terlarangnya hal ini. Yang menyelisihi ijma' ini akan mendapat ancaman yang keras sebagaimana firman Allah Ta'ala,

وَمَنْ يُشَاقِقِ الرَّسُولَ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ الْهُدَى وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيلِ الْمُؤْمِنِينَ نُوَلِّهِ مَا تَوَلَّى وَنُصْلِهِ جَهَنَّمَ وَسَاءَتْ مَصِيرًا"

Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mu'min, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali."(QS. An Nisa' [4] : 115).

Jalan orang-orang mukmin inilah ijma' (kesepakatan) mereka.Oleh karena itu, yang mengatakan bahwa Al Qur'an dan Hadits tidak melarang mengucapkan selamat hari raya pada orang kafir, maka ini pendapat yang keliru. Karena ijma' kaum muslimin menunjukkan terlarangnya hal ini. Dan ijma' adalah sumber hukum Islam, sama dengan Al Qur'an dan Al Hadits.

Ijma' juga wajib diikuti sebagaimana disebutkan dalam surat An Nisa ayat 115 di atas karena adanya ancaman kesesatan jika menyelisihinya.Ketiga, jika diberi ucapan selamat natal, tidak perlu kita jawab (balas) karena itu bukanlah hari raya kita dan hari raya mereka sama sekali tidak diridhoi oleh Allah Ta'ala.

Keempat, tidak diperbolehkan seorang muslim pergi ke tempat seorang pun dari orang-orang kafir untuk mengucapkan selamat hari raya.

Kelima, membantu orang Nashrani dalam merayakan Natal juga tidak diperbolehkan karena ini termasuk tolong menolong dalam berbuat dosa.

Keenam, diharamkan bagi kaum muslimin menyerupai orang kafir dengan mengadakan pesta natal, atau saling tukar kado (hadiah), atau membagi-bagikan permen atau makanan dalam rangka mengikuti orang kafir pada hari tersebut.Demikianlah beberapa fatwa ulama mengenai hal ini. Semoga kaum muslimin diberi taufiko oleh Allah untuk menghindari hal-hal yang terlarang ini.

Semoga Allah selalu menunjuki kita ke jalan yang lurus dan menghindarkan kita dari berbagai penyimpangan. Hanya Allah-lah yang dapat memberi taufik. Alhamdulillahilladzi bi ni'matihi tatimmush sholihat. Wa shallallahu 'ala nabiyyina Muhammad wa 'alihi wa shohbihi wa sallam.

[Bagaimana Hukum Menyerupai Orang Nashrani dalam Merayakan Natal?]Begitu pula diharamkan bagi kaum muslimin menyerupai orang kafir dengan mengadakan pesta natal, atau saling tukar kado (hadiah), atau membagi-bagikan permen atau makanan (yang disimbolkan dengan 'santa clause' yang berseragam merah-putih, lalu membagi-bagikan hadiah, pen) atau sengaja meliburkan kerja (karena bertepatan dengan hari natal).

Alasannya, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ"

Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka" (HR. Ahmad dan Abu Dawud. Syaikhul Islam dalam Iqtidho' mengatakan bahwa sanad hadits ini jayid/bagus) Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam kitabnya Iqtidho' Ash Shirothil Mustaqim mengatakan, "Menyerupai orang kafir dalam sebagian hari raya mereka bisa menyebabkan hati mereka merasa senang atas kebatilan yang mereka lakukan.

Bisa jadi hal itu akan mendatangkan keuntungan pada mereka karena ini berarti memberi kesempatan pada mereka untuk menghinakan kaum muslimin." -Demikian perkataan Syaikhul Islam- Barangsiapa yang melakukan sebagian dari hal ini maka dia berdosa, baik dia melakukannya karena alasan ingin ramah dengan mereka, atau supaya ingin mengikat persahabatan, atau karena malu atau sebab lainnya.

Perbuatan seperti ini termasuk cari muka (menjilat), namun agama Allah yang jadi korban. Ini juga akan menyebabkan hati orang kafir semakin kuat dan mereka akan semakin bangga dengan agama mereka.Allah-lah tempat kita meminta. Semoga Allah memuliakan kaum muslimin dengan agama mereka. Semoga Allah memberikan keistiqomahan pada kita dalam agama ini. Semoga Allah menolong kaum muslimin atas musuh-musuh mereka. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Kuat lagi Maha Mulia.

Fatwa Kedua – Berkunjung Ke Tempat Orang Nashrani untuk Mengucapkan Selamat Natal pada MerekaMasih dari fatwa Syaikh Muhammad bin Sholeh Al Utsaimin rahimahullah dari Majmu' Fatawa wa Rosail Ibnu 'Utsaimin, 3/29-30, no. 405.

Syaikh rahimahullah ditanya : Apakah diperbolehkan pergi ke tempat pastur (pendeta), lalu kita mengucapkan selamat hari raya dengan tujuan untuk menjaga hubungan atau melakukan kunjungan? Beliau rahimahullah menjawab :Tidak diperbolehkan seorang muslim pergi ke tempat seorang pun dari orang-orang kafir, lalu kedatangannya ke sana ingin mengucapkan selamat hari raya, walaupun itu dilakukan dengan tujuan agar terjalin hubungan atau sekedar memberi selamat (salam) padanya.

Karena terdapat hadits dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam,

لاَ تَبْدَءُوا الْيَهُودَ وَلاَ النَّصَارَى بِالسَّلاَمِ"

Janganlah kalian mendahului Yahudi dan Nashara dalam salam (ucapan selamat)." (HR. Muslim no. 2167)

Adapun dulu Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pernah berkunjung ke tempat orang Yahudi yang sedang sakit ketika itu, ini dilakukan karena dulu ketika kecil, Yahudi tersebut pernah menjadi pembantu Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Tatkala Yahudi tersebut sakit, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menjenguknya dengan maksud untuk menawarkannya masuk Islam. Akhirnya, Yahudi tersebut pun masuk Islam.

Sebesar Apapun Dosa, Akan Ada Jalan Untuk Bertaubat

Pada zaman dahulu, ada seseorang yang ringan tangan dalam mencabuti nyawa-nyawa orang yang dijahatinya.Hampir setiap hari ada saja korbannya. Semuanya diahitung.Sampai suatu hari jumlah orang yang telah dibunuhnya telah mencapai 99 orang.Jadi boleh saja ia kita katakan sebagai penjagal manusia. Intinya ia mempunyai perilaku yang sangat kejam.Rupanya terselip rasa bersalah dihatinya. Lama-lama ia mulai merenungi dirinya selama ini, dan ternyata hidupnya sepanjang waktu bergelimang dosa. " Aku ingin bertobat,jika aku terus-terusan hidup begini , maka aku pasti menyia-nyiakan hidupku. Aku telah aniaya selama ini.Aku ingin bertobat,...Aku mesti menyudahi semua ini dan segala perbuatan kejam lainnya. Tapi apakah itu mungkin ? Dosaku sudah terlampau berat." Demikian pikir si jahat ini dalam hati.

Ia kemudian memutuskan mencari bantuan orang yang akan bisa menolongnya ke arah itu. Maka pergilah sijahat tadi mencari orang alim dan ingin bertaubat didepannya.

Dalam pencariannya itu, bertepatan ada yang memberinya petunjuk untuk mendatangi seorang yang alim disebuah desa. Pergilah ia menemui orang alim itu.Setelah berada didepannya, maka pemuda jahat lagi kejam tadi menceritakan siapa dirinya dan maksud kedatangannya. " Hai orang alim, aku pembunuh yang sudah membunuh 99 nyawa orang. Apakah masih ada jalan bagi saya untuk bertaubat ?" Setelah mendengar penjelasan dari pemuda tadi, segera saja orang alim tersebut menjawab. "Tidak, tidak ada ! Tidak ada taubat untukmu karena perbuatan kamu itu terlalu sadis."

Mendengar jawaban orang alim tersebut semacam itu, marahlah ia dan seketika itu pula dibunuhnya lagi orang alim itu. Kini genaplah ia telah membunuh 100 nyawa orang. Karena hatinya ingin betul-betul bertaubat, ingin menyudahi perbuatan keji ini dengan sungguh-sungguh, maka ia tetap meneruskan untuk mencari lagi orang alim yang mau menerima penyesalannya. Sambil berjalan ia membatin," Kiranya gerangan siapakah dan dimana dari penduduk bumi ini yang terpandai dan alim ? Kepadanya akan aku haturkan penyesalan ini."

Bertemulah ia kepada orang alim yang lain. Kepada orang tua itu ia menceritakan bahwa ia sudah membunuh 100 orang. Dan, dengan penganiayaan yang keji ini, ia mempertanyakan apakah masih ada pintu taubat untuknya.Setelah mendengar keluh kesahnya dengan seksama, si orang tua yang alim ini akhirnya memberikan jawaban yang dinati-nanti. " Hai anak muda, tetap masih ada pintu taubat untukmu. Siapakah yang dapat menghalangi bila saudara ingin bertaubat ? Pergilah kedusun "anu". Disana ada banyak orang yang taat kepada Allah. Berbuatlah engkau sebagaimana mereka berbuat. Dan janganlah engkau kembali kenegrimu sebab dinegrimu banyak orang yang menyesatkan."

Setelah menerima saran-saran dari orang alim tadi, maka berjalanlah pemuda yang ingin bertaubat kearah dimana dusun itu ditunjukkan. Sayangnya ditengah-tengah perjalanan mendadak ia meninggal dunia.Kematiannya yang mendadak membuat malaikat rahmat dan malaikat siksa bertengkar. Pertengkaran ini mendebatkan, apakah orang ini tergolong orang-orang yang dhalim atau tergolong orang-orang yang selamat.

Dikatakan dhalim, tapi saat ia berjalan, ia membawa niat ingin bertaubat dan betul-betul menyesali tiap-tiap perbuatannya. Kata malaikat rahmat," Ia berjalan untuk bertaubat kepada Allah S.W.T dengan sepenuh hati."

Tapi kata malaikat siksa," Ia belum pernah melakukan kebajikan sama sekali.Pekerjaannya selalu membunuh. Dan ia pantas masuk neraka." Tak berapa lama, datanglah malaikat menyerupai manusia yang diutus menjadi penengah diantara pertengkaran itu. Ia berkata dengan tegas kepada malaikat-malaikat tersebut. " Ukur saja diantara dusun yang dia tinggalkan dan dusun yang akan ia tuju. Ukuran mana yang lebih dekat, maka masukkanlah ia kepada golongan orang sana."

Kemudian tempat dimana orang dhalim itu terbujur tak bernyawa diukur terhadap dua dusun, yaitu jaraknya terhadap dusun yang akan dituju dan terhadap dusun yang ditinggalkan. Dusun yang dituju merupakan tempat tinggal orang-orang yang taat kepada Allah. Alhamdulilah, ternyata hasilnya ia lebih dekat kepada dusun yang akan dituju. Bedanya hanya kira-kira sejengkal saja.

5 Langkah Membina Keluarga Bahagia Bertabur Cinta

Sebesar perhatiannya terhadap keberlangsungan hidup sebuah bangsa, sebesar itu pulalah perhatian Islam kepada keluarga. Karena tidak akan mungkin sebuah bangsa mampu berdiri tegak dalam kekokohan tanpa didasari oleh keluarga-keluarga yang juga kokoh dan berdaya tahan.

Keluarga merupakan unit terkecil yang menyusun bangunan sebuah negara. Ibarat sebuah cermin, keluarga dapat menjadi miniatur untuk melihat baik-buruk, kokoh-rapuh, serta maju-mundurnya setiap negara di mana unit-unit keluarga itu berada. Keluarga juga merupakan titik tolak, yang menjadi landasan pacu bagi setiap anggotanya untuk menjadi sebagai apa yang dicita-citakan.

Sudah menjadi rahasia umum, bahwa orang-orang besar dan berpengaruh lahir dari rahim keluarga-keluarga harmonis. Sementara orang-orang kerdil dan inferior, kebanyakan berasal dari keluarga sarat konflik, kering dari nilai ketuhanan dan kasih sayang.

Setiap orang, pasti mendambakan anak, istri, suami yang berkepribadian mengagumkan. Mendapat kesuksesan dunia: fasilitas hidup nyaman, rumah yang luas, kendaraan yang bagus, harta yang banyak, status social yang tinggi, disenangi kawan, disegani lawan, dan lain-lain. Juga sukses akhirat: memperoleh ridha Allah, dibebaskan dari siksa neraka dan masuk ke dalam surga dengan sejahtera.

Namun, sangat disayangkan, banyak orang dengan dalih ingin meraih keberhasilan dan mengangkat derajat keluarga seseorang pergi ke tempat-tempat yang jauh dengan menelantarkan keluarganya. Mengerjakan aktivitas yang tak berkaitan dengan tujuan yang dicita-citakan, selain isapan jempol dan permainan angan. Mereka mungkin lupa bahwa sesungguhnya rahasia kesuksesan itu ada di tengah-tengah keluarga.

"Banyak orang dengan dalih ingin mengangkat derajat keluarga pergi ke tempat-tempat jauh dengan menelantarkan keluarganya. Mereka mungkin lupa bahwa sesungguhnya rahasia kesuksesan itu ada di tengah-tengah keluarga"

Untuk itu, setiap suami dan istri, semestinya memberikan perhatian yang tinggi terhadap keluarga; Menggali sebab-sebab yang mempengaruhi kemampuan keluarga menghadiahkan kesuksesan yang kepada semua anggotanya; mengasah ketajamannya; serta memupuk kesuburannya.

1. ORIENTASI
Tidak semua orang mempunyai orientasi yang sama dalam membangun keluarganya. Ada yang mendasarinya dengan orientasi duniawi: kesenangan, kekayaan, kekuasaan, keturunan dan kecantikan/ketampanan. Ada pula yang melandasi dengan orientasi ukhrawi. Yang pertama tidak akan mendapat bagian apa-apa di akhirat. Sementara yang kedua, akan merengkuh kebahagiaan dunia dan akhirat.

Allah SWT menerangkan, “Barang siapa yang mengharapkan kehidupan dunia dan perhiasannya maka Kami akan penuhi keinginan mereka dengan membalas amal itu di dunia untuk mereka dan mereka di dunia tidak akan dirugikan. Mereka itulah orang-orang yang tidak meraih apa-apa ketika di akhirat melainkan siksa neraka dan lenyaplah semua amal yang mereka perbuat selama di dunia dan sia-sialah segala amal usaha mereka” (Qs. Hud 15-16)

Keluarga dengan orientasi ukhrawi adalah keluarga yang terdiri dari pribadi-pribadi yang tidak menautkan tujuan di dalam hatinya selain kepada surga dan ridha Allah. Dimulai sejak akan menikah; ketika memilih pasangan, pada saat melangsungkan pernikahan hingga setelah terbentuk sebuah rumah tangga; berperan sebagai suami, istri dan orang tua. Sehingga, segala bentuk pemikiran, kata maupun perbuatannya adalah wujud dari harapan yang besar akan perjumpaan dengan Allah.

"Keluarga dengan orientasi ukhrawi adalah keluarga yang terdiri dari pribadi-pribadi yang tidak menautkan tujuan di dalam hatinya selain kepada surga dan ridha Allah"

Kekhusyukan dalam hal ini menjadi teramat urgen. Karena hanya dengan hati yang khusyuk sajalah seseorang dapat menjaga keistiqamahan dalam berorientasi. Bahkan dalam kondisi-kondisi ketika dihantam musibah yang mengguncangkan jiwa sekali pun, orang yang khusyuk senantiasa tetap sadar bahwa orientasi hidupnya hanyalah Allah SWT.
Firman Allah, “Yaitu, orang –orang yang apabila ditimpa musibah ia mengucapkan: ‘inna lillahi wa innaa ilaihi roojiuun...” (Qs. Al-Baqarah156).
Lalu, bagaimanakah jika kesadaran untuk menjadikan Allah sebagai orientasi dalam berkeluarga itu muncul setelah berkeluarga? Mulailah sekarang juga untuk memperbaikinya. Mengikhlaskan apa saja yang telah berlalu, dan berharap kepada Allah terhadap setiap hal yang diusahakan untuk keluarga anda.

2. CINTA
Allah telah mengabarkan kepada kita, bahwa cinta tertinggi setiap mukmin adalah kepada Allah, Rasul dan jihad di jalan-Nya. Setelah itu, baru cinta kepada orang tua, suami, istri, anak, saudara seiman dan lain-lain.

Firman Allah, “Katakanlah, jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum kerabat, harta benda yang kalian miliki, dan perniagaan yang kalian khawatiri kerugiannya, itu lebih kalian cintai dari pada Allah, Rasul dan berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah hingga Allah mendatangkan keputusan-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim” (Qs. At-Taubah 24).

Untuk menghadirkan cinta tertinggi di lubuk sanubari, setiap pasangan suami-istri harus berusaha menjaga perasaan cinta di dalam diri dan keluarganya. Mampu menjaga ikatan cinta di antara mereka dan tahu hal-hal yang dapat kian menumbuhsuburkan perasaan cinta di dalam hatinya. Karena kekuatan cinta suami istri turut berperan dalam mengokohkan cinta kepada Allah SWT.

"Setiap pasangan suami-istri harus berusaha menjaga perasaan cinta di dalam diri dan keluarganya, karena kekuatan cinta suami istri turut berperan dalam mengokohkan cinta kepada Allah SWT"

Seorang mantan aktris yang kini aktif di dunia parenting islami mengungkapkan apa yang menurutnya dapat menyuburkan cinta suami kepada istri dan sebaliknya, “Setiap suami akan merasakan cinta kepada istrinya kian menguat bukan karena kelihaian syahwat, melainkan karena kelapangan hati istri dalam menerima nafkah dan rezeki, kepandaian menjaga harga diri suami dengan pergaulan yang suci dan baik –terutama dalam pergaulan dengan lawan jenis– dan karena keterampilan serta kesabarannya dalam mendidik dan mengasuh buah hati mereka.”

Sungguh, amat besar pahala yang dijanjikan kepada istri yang ikhlas dalam mengurus rumah tangga dan anak-anaknya. Dalam sebuah riwayat Rasul SAW bersabda: “Siapa di antara kalian yang ikhlas tinggal di rumah untuk mengurus anak-anak dan melayani segala urusan suaminya, maka ia akan memperoleh pahala yang kadarnya sama dengan pahala para mujahidin yang berjuang di jalan Allah” (HR. Bukhari dan Muslim)

“Sementara istri,” lanjutnya, “bertambah kuat cintanya kepada suami bukan karena jumlah uang belanja yang tak ada batasan atau pemberian hadiah permata, baju, sepatu, berlian, zamrud, dan emas tidak berputusan dan berkeliling dunia kapan saja bisa. Tidak! Banyak ratu-ratu menjalin cinta dengan lelaki biasa bukan karena pemberian dan jaminan raga, melainkan karena kelembutan hati dan ketertimangan diri.”

Ibnul Qayyim Al-Jauziyah menyebutkan ada tiga faktor yang menyebabkan tumbuhnya cinta:

1. Sifat/kelebihan yang dimiliki oleh seseorang sehingga ia kagum dan jatuh cinta padanya,
2. Perhatian sang kekasih terhadap sifat-sifat tersebut, dan
3. Pertautan antara seseorang yang sedang jatuh cinta dengan orang yang dicintainya.

Di atas semua itu, keshalihan dan kedekatan dengan Sang Maha Dekat, akan membuat daya “magnet” seorang suami/istri bertambah kuat. Karena keshalihan dan kedekatan kepada sang Khaliq akan mengundang cinta-Nya. Dan manakala Allah telah mencintai kita, maka akan mencintai kita pula segenap makhluk dengan ijin-Nya.

"Cinta seorang istri kepada suaminya, atau suami kepada istrinya, bukan lagi semata karena ikatan perkawinan. Karena cinta yang tidak dibangun di atas pondasi mahabatullah, hanya akan menjerumuskan ke dasar jurang kelalaian dan kenistaan"

Cinta seorang istri kepada suaminya, atau suami kepada istrinya, bukan lagi semata karena ikatan perkawinan. Namun, ada dan tidaknya hal-hal yang menjadi sebab datangnya cinta Allah sebagai alasan. Sehingga, kadar cinta suami/istri akan bertambah dan berkurang, seiring meningkat dan menurunnya kualitas ibadah dan keimanan pasangannya. Keduanya senantiasa menyadari, bahwa cinta yang tidak dibangun di atas pondasi mahabatullah, hanya akan menjerumuskan ke dasar jurang kelalaian dan kenistaan.

3. NAFKAH
Meski bukan segalanya, nafkah berupa materi tetap menjadi sesuatu yang tidak bisa diremehkan begitu saja. Dalam sebuah penelitian disertasi doktoral, Jan Andersen menemukan 70% responden mengakui bahwa keuangan merupakan penyebab perceraian. Karena keluarga tak mungkin bisa berjalan tanpa ada nafkah yang menggerakkan roda perekonomiannya. Materi bagi keluarga-keluarga muslim menjadi sarana pemenuhan tuntutan syariat, menjaga ‘iffah (kemuliaan diri) dari meminta-minta, serta sebagai pembatas agar tidak dekat kepada kekafiran.

Islam mewajibkan bagi orang yang mampu untuk memberi nafkah. Allah Ta’ala berfirman, “Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. Dan orang yang disempitkan rezekinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan (sekedar) apa yang telah Allah berikan kepadanya.” (Qs. Ath-Thalaq 7).

Bahkan Rasul SAW mengingatkan dalam haditsnya: “Seseorang itu cukup berdosa bila ia menyia-nyiakan orang yang harus diberi belanja.” (HR. Abu Daud dan lain-lain)

Tidak harus banyak, asalkan halal. Banyak sedikit sangat relatif. Namun, kehalalan nafkah yang diberi, tidak bisa ditawar-tawar. Mengabaikan kehalalan dapat berakibat sangat fatal bagi semua pribadi di dalam keluarga: tidak diterima doa dan ibadahnya, mendorong berperilaku menyimpang, menghalangi ketaatan hingga menjadi penyebab terlemparnya ke dalam Jahanam.

"Mengabaikan kehalalan nafkah dapat berakibat sangat fatal bagi semua pribadi di dalam keluarga: tidak diterima doa dan ibadahnya, mendorong perilaku menyimpang, menghalangi ketaatan hingga jadi penyebab terlemparnya ke dalam Jahanam"

Menenteramkan sungguh kalimat-kalimat yang mengalir dari lisan istri-istri sahabat dan generasi salafus shalih setiap kali mengantarkan suami-suami mereka yang hendak mengais rezeki: “Suamiku, bertakwallah kepada Allah terhadap apa yang akan engkau nafkahkan kepada kami. berikanlah kepada kami hanya nafkah yang halal. Karena perihnya kelaparan dapat kami tahan, sementara panasnya neraka yang memanggang tak mungkin membuat kami dapat bertahan.”

4. BERBUAT ADIL
Adil berarti menempatkan sesuatu pada tempatnya. Lawan adil adalah zalim. Dan ukuran yang paling tepat untuk menilai adil atau zalimnya seseorang adalah Al-Qur’an. Karena hanya Al-Qur’an sajalah yang tidak mengandung perselisihan di dalamnya. Sehingga tidak akan membuat siapa pun bingung harus bersikap seperti apa. Berbeda sangat jauh dengan hukum/aturan apa pun buatan manusia yang mudah diinterpretasikan sekehendak hatinya.

Adil tidak terbatas pada suami istri harus memenuhi setiap kewajibannya sebagai suami terhadap istri maupun sebagai istri terhadap suami, juga kewajiban keduanya terhadap anak-anak mereka. Akan tetapi adil, meliputi pemenuhan terhadap semua perintah dan larangan Allah yang mengenai diri setiap pribadi di dalam keluarga.

Suami yang adil adalah, yang taat kepada Allah, melaksanakan tugas memimpin, menafkahi dan mendidik istri dan anak-nya. Istri yang adil adalah yang memenuhi semua perintah Allah SWT dan larangan-larangannya, taat, menjaga harta, kehormatan diri dan suaminya, dan mengasuh secara baik anak-anaknya.

Rasul SAW bersabda: “Sesungguhnya Allah memiliki hak atas dirimu yang harus engkau tunaikan, dirimu memiliki hak yang harus engkau tunaikan, dan keluargamu memiliki hak atas dirimu yang harus engkau tunaikan. Maka tunaikanlah hak-hak masing-masing dari semua itu.” (HR. Bukhari).

Rasul SAW juga menyebutkan, bahwa ada tiga hal yang dapat menyelamatkan. Di antara ketiga hal itu adalah: “Berbuat adil dalam keadaan ridha (senang) maupun dalam keadaan benci”

"Tidak seorang pun yang tidak memerlukan nasihat orang lain. Suami, membutuhkan nasihat istrinya. Istri mengharapkan bimbingan suaminya"

5. SALING MENASEHATI
Tidak seorang pun yang tidak memerlukan nasihat orang lain. Suami, membutuhkan nasihat istrinya. Istri mengharapkan bimbingan suaminya. Anak-anak merindukan untaian lembut nasihat kedua orang tuannya. Orang tua, terkadang perlu mendengar pendapat anak-anaknya.

Ingat apa yang dilakukan Ibunda Khadijah terhadap Rasulullah SAW sesaat setelah turun wahyu yang pertama? Ketika sekujur tubuh Rasulullah SAW menggigil karena khawatir akan keselamatan dirinya, wanita agung itu hadir dengan nasihat-nasihat yang menenteramkan jiwa. “Bergembiralah dan tenteramkanlah hatimu. Demi Allah yang menguasai diriku, “Allah SWT tidak akan mengecewakanmu. Engkau orang yang sentiasa berusaha untuk menghubungkan tali persaudaraan, selalu berkata benar, menyantuni anak yatim piatu, memuliakan tamu dan memberi bantuan kepada setiap orang yang ditimpa kesusahan.”

Rasul SAW melukiskan kesannya yang mendalam: “Khadijah beriman kepadaku ketika orang-orang mengingkari. Dia membenarkan aku ketika orang-orang mendustakan. Dan dia memberikan hartanya kepadaku ketika orang-orang tidak memberiku apa-apa. Allah mengaruniai aku anak darinya dan mengharamkan bagiku anak dari selain dia” (HR. Imam Ahmad).

Nasihat (dengan ijin Allah), dapat membuat yang lupa menjadi ingat. Yang tersesat kembali selamat. Dan yang lemah jadi bersemangat.

Demikian indah kiasan yang Allah berikan bagi pasangan suami istri. Dalam surat Al-Baqarah 187 Allah menyebut: “Mereka (istri-istrimu) itu adalah pakaian bagimu dan kamu pun adalah pakaian bagi mereka!”

Apa saja yang dilakukan oleh pemilik pakaian terhadap pakaian kesayangannya? Tentu, bukan hanya memakai secara terus menerus sampai pakaian tersebut usang, bau dan sobek sana sini. Orang yang bijak, selain memakai ia pun akan berpikir untuk menjaga agar pakaiannya tidak koyak, senantiasa dalam keadaan halus, harum dan wangi. Karenanya, setiap kali pakaiannya itu kotor, ia akan memilihkan detergen yang terbaik untuk mencuci. Setelah kering, pakaian itu akan diseterika dan diberi wewangian. Lalu, diletakkan di tempat yang terbaik di dalam lemari.

"Mereka akan selalu saling menasehati untuk menetapi kebenaran dan kesabaran, sebagai wujud kasih sayang dan perhatian yang mendalam"

Maka, demikian pula yang seharusnya dilakukan seorang suami/istri terhadap pasangannya. Ia akan selalu menjaga kebersihan jiwa dari segala hal yang mengotorinya. Menghiasi dengan wangi akhlak yang terpuji. Dan membentengi dari ancaman apa pun yang dapat merusakkan hati. Mereka akan selalu saling menasehati untuk menetapi kebenaran dan kesabaran, sebagai wujud kasih sayang dan perhatian yang mendalam. Sebelum segalanya terlambat, dan taubat pun tiada lagi bermanfaat.

Semoga keluarga-keluarga kita menjadi keluarga yang mulia dan dimuliakan. Dipenuhi cahaya iman dan ketakwaan. Dan ditaburi cinta yang tak berkesudahan.

Mengekalkan Arti Rindu Sang Kekasih

Sepasang suami istri, ada kalanya merasa jenuh satu sama lain. Bukan bosan, bukan pula benci. Hanya saja terjebak rutinitas sehari-hari yang seolah tak kunjung henti, bisa melunturkan rasa di hati. Dibutuhkan sebuah penyegaran baru agar rasa rindu itu kembali membuncah selayaknya masa-masa dulu kala.

Penyegaran itu tak harus mahal, tak perlu juga harus ke luar negeri. Bisa saja penyegaran itu berupa menginap sehari dua hari di rumah orang tua atau teman yang itu artinya berjauhan sementara dari sang kekasih hati. Ya…sementara saja. Biarkan masing-masing mempunyai jeda bagi diri. Berikan keluasan ruang bagi hati untuk menikmati kesendirian setelah bertahun-tahun selalu bersama dengan pasangan jiwa.

Rasakan perbedaannya. Siang hari mungkin belum terasa karena masing-masing terbiasa sibuk dengan urusannya sendiri-sendiri. Tapi ketika malam menjelang, sunyi itu akan datang mengetuk dinding hati. Ia yang selalu ada di sisi, tiba-tiba saja terasa jauh di sana. Sedang apa ya dia saat ini? Majunya teknologi sangat membantu pada kondisi mellow seperti ini. Saling telepon dan menanyakan kabar, menjadi sebuah romansa penyegaran yang indah. Bahkan pesan sms pun menjadi suatu hal yang nikmat meskipun hanya satu atau dua kata saja.

"Kebiasaan pasangan yang semula terasa menyebalkan, saat berjauhan begini menjadi terasa indah. Di sini rindu, yang di sana pun kangen"

Kebiasaan-kebiasaan pasangan yang semula terasa menyebalkan, saat berjauhan begini menjadi terasa indah. Hal sepele yang biasanya sering membuat hati jengkel, kali ini malah serasa ingin diulang agar rindu segera terobati. Di sini rindu, yang di sana pun kangen. Kebersamaan menjadi hal yang sangat berharga kala sendiri. Kala mata terpejam pun, buncahan rasa kangen itu akan terus membubung tinggi mengingat hari-hari yang pernah dilalui.

Di pagi hari, hangatnya sinar mentari tetap tak mampu menyinari hati yang sedang dirundung rindu. Perjumpaan dengan kekasih menjadi satu hal yang dinanti. Benda pertama yang langsung disambar pastilah HP sekadar mengucap ‘hai’ atau ‘selamat pagi’. Meski tak terucap, bilur kerinduan itu terpancar jelas dari sikap. Bila sudah begini, masa iya liburan akan ditambah lagi?

Ketika tiba saatnya suami menjemput istri, maka rona rindu dan bahagia itu akan mewarnai pertemuan kedua insan. Pun bila sudah ada anak di antara mereka, semburat rindu itu tak kan mampu disembunyikan. Anak pun biasanya jadi alasan, ehem.

"Ketika tiba saatnya suami menjemput istri, maka rona rindu dan bahagia itu akan mewarnai pertemuan kedua insan. Semburat rindu itu tak kan mampu disembunyikan"

Penyegaran pun telah dilakukan. Cukup bekal untuk melewati hari-hari berikutnya dengan penuh cinta. Tak ada alasan lagi untuk jenuh dan bête ketika menunaikan kewajiban baik sebagai istri atau suami, sesuai peran masing-masing. Indahnya bila itu semua dilakukan hanya demi mengharap ridha Ilahi. 

Kisah orang dengan Dosa Selama 40 Tahun

Dalam sebuah riwayat dijelaskan, bahwa pada zaman Nabi Musa as, kaum bani Israil pernah ditimpa musim kemarau panjang, lalu mereka berkumpul menemui Nabi Musa as dan berkata: "Wahai Kalamullah, tolonglah doakan kami kepada Tuhanmu supaya Dia berkenan menurunkan hujan untuk kami!"Kemudian berdirilah Nabi Musa as bersama kaumnya dan mereka bersama-sama berangkat menuju ke tanah lapang. Dalam suatu pendapat dikatakan bahwa jumlah mereka pada waktu itu lebih kurang tujuh puluh ribu orang.

Setelah mereka sampai ke tempat yang dituju, maka Nabi Musa as mulai berdoa. Diantara isi doanya itu ialah: "Tuhanku, siramlah kami dengan air hujan-Mu, taburkanlah kepada kami rahmat-Mu dan kasihanilah kami terutama bagi anak-anak kecil yang masih menyusu, hewan ternak yang memerlukan rumput dan orang-orang tua yang sudah bongkok. Sebagaimana yang kami saksikan pada saat ini, langit sangat cerah dan matahari semakin panas.

Tuhanku, jika seandainya Engkau tidak lagi menganggap kedudukanku sebagai Nabi-Mu, maka aku mengharapkan keberkatan Nabi yang ummi yaitu Muhammad SAW yang akan Engkau utus untuk Nabi akhir zaman.

Kepada Nabi Musa as Allah menurunkan wahyu-Nya yang isinya: "Aku tidak pernah merendahkan kedudukanmu di sisi-Ku, sesungguhnya di sisi-Ku kamu mempunyai kedudukan yang tinggi. Akan tetapi bersama denganmu ini ada orang yang secara terang-terangan melakukan perbuatan maksiat selama empat puluh tahun. Engkau boleh memanggilnya supaya ia keluar dari kumpulan orang-orang yang hadir di tempat ini! Orang itulah sebagai penyebab terhalangnya turun hujan untuk kamu semuanya."

Nabi Musa kembali berkata: "Wahai Tuhanku, aku adalah hamba-Mu yang lemah, suaraku juga lemah, apakah mungkin suaraku ini akan dapat didengarnya, sedangkan jumlah mereka lebih dari tujuh puluh ribu orang?" Allah berfirman: "Wahai Musa, kamulah yang memanggil dan Aku-lah yang akan menyampaikannya kepada mereka!."

Menuruti apa yang diperintahkan oleh Allah, maka Nabi Musa as segera berdiri dan berseru kepada kaumnya: "Wahai seorang hamba yang durhaka yang secara terang-terangan melakukannya bahkan lamanya sebanyak empat puluh tahun, keluarlah kamu dari rombongan kami ini, karena kamulah, hujan tidak diturunkan oleh Allah kepada kami semuanya!"

Mendengar seruan dari Nabi Musa as itu, maka orang yang durhaka itu berdiri sambil melihat kekanan kekiri. Akan tetapi, dia tidak melihat seorangpun yang keluar dari rombongan itu. Dengan demikian tahulah dia bahwa yang dimaksudkan oleh Nabi Musa as itu adalah dirinya sendiri. Di dalam hatinya berkata: "Jika aku keluar dari rombongan ini, niscaya akan terbukalah segala kejahatan yang telah aku lakukan selama ini terhadap kaum bani Israil, akan tetapi bila aku tetap bertahan untuk tetap duduk bersama mereka, pasti hujan tidak akan diturunkan oleh Allah SWT."

Setelah berkata demikian dalam hatinya, lelaki itu lalu menyembunyikan kepalanya di sebalik bajunya dan menyesali segala perbuatan yang telah dilakukannya sambil berdoa: "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah durhaka kepada-Mu selama lebih empat puluh tahun, walaupun demikian Engkau masih memberikan kesempatan kepadaku dan sekarang aku datang kepada-Mu dengan ketaatan maka terimalah taubatku ini."Beberapa saat selepas itu, kelihatanlah awan yang bergumpalan di langit, seiring dengan itu hujanpun turun dengan lebatnya bagaikan ditumpahkan dari atas langit.

Melihat keadaan demikian maka Nabi Musa as berkata: "Tuhanku, mengapa Engkau memberikan hujan kepada kami, bukankah di antara kami tidak ada seorangpun yang keluar serta mengakui akan dosa yang dilakukannya?"

Allah berfirman: "Wahai Musa, aku menurunkan hujan ini juga di sebabkan oleh orang yang dahulunya sebagai sebab Aku tidak menurunkan hujan kepada kamu."

Nabi Musa berkata: "Tuhanku, lihatkanlah kepadaku siapa sebenarnya hamba-Mu yang taat itu?"

Allah berfirman: "Wahai Musa, dulu ketika dia durhaka kepada-Ku, Aku tidak pernah membuka aibnya. Apakah sekarang. Aku akan membuka aibnya itu ketika dia telah taat kepada-Ku? Wahai Musa, sesungguhnya Aku sangat benci kepada orang yang suka mengadu. Apakah sekarang Aku harus menjadi pengadu?"

Tips Istri Agar Menjadi Pusat Perhatian Suami

Seorang psikoterapis Doris Helmering menuturkan, “Wanita biasanya memiliki teman wanita yang akrab. Teman terdekat laki-laki umumnya adalah istrinya. Ini berarti, relasi harmonis dalam kehidupan rumah tangga sangat penting bagi laki-laki.”

Suatu hal yang telah cukup dikenal –baik dari sisi sosiologi maupun psikologi— semakin bertambah kedekatan seorang istri dengan suaminya, maka kebahagiaan keduanya akan semakin bertambah. Disebutkan bahwa, menurut para suami, faktor kebahagiaan rumah tangga adalah istri yang menjadi pendamping terbaik bagi mereka.

Dalam bukunya Menyelami Hati Wanita, Abdul Mun’im Qindil menyatakan bahwa untuk menjadi pendamping terbaik bagi suami, berarti istri harus berusaha menjadi pusat perhatian suaminya, dengan senyum manis senantiasa terkembang, pandangannya hangat penuh cinta dan tutur kata lembut penuh kemanjaan. Dia harus selalu berusaha menjadi seorang bidadari di rumahnya. Tubuhnya harum mewangi, wajahnya cerah, perilakunya lembut, dan tutur katanya mendatangkan kedamaian di hati, sehingga suami benar-benar merasa bahwa rumahnya adalah surga yang penuh kenikmatan dan kesenangan.

Dia bagaikan bunga yang segar dan menyejukkan mata. Hatinya bening sebening mata air pegunungan. Senyumannya manis semanis telaga madu. Wajahnya terang secerah bulan purnama. Jika suaminya sakit, dia menjadi dokter pribadinya yang senantiasa setia menemaninya. Jika dunia gelap di matanya, dia menjadi pelita yang siap menerangi jalannya. Jika suami kehausan, dia menjadi pelepas dahaga yang menyejukkan. Pokoknya, apa pun yang dilakukannya selalu menebarkan pesona di mata suaminya. Kelemahlembutannya dalam memperlakukan suaminya sama dengan perlakuannya terhadap teman-teman dekatnya, penuh keakraban dan senda gurau.

"Untuk menjadi pendamping terbaik bagi suami, istri harus berusaha menjadi pusat perhatian suaminya. Dia harus selalu berusaha menjadi seorang bidadari di rumahnya"

Jadi, bagaimanakah caranya agar Anda menjadi pendamping terbaik suami? Di bawah ini adalah beberapa tips penting agar Anda bisa menjadi pusat perhatian suami, sebagaimana dinyatakan Muhammad Kamil Abdul Shamad dalam bukunya Haqa`iq Taghfulu ‘Anha Az-Zaujat:

1.  MENJAGA PERASAAN SUAMI
Peduli terhadap kebahagiaan suami dan mampu memperlihatkan serta menghormati cintanya merupakan fondasi keharmonisan sejati. Psikolog Marlin Roman menyatakan, “Manusia menyenangi orang yang bisa menjadikannya senang. Inilah yang harus diperhatikan dalam pendidikan dan pelatihan.”

Ketika Anda merasa tidak nyaman dan membenci teman Anda, maka Anda bisa saja menghentikan interaksi dengannya, sampai rasa benci itu hilang. Namun dengan suami, Anda tidak bisa menghentikan interaksi Anda dengannya. Sebesar apa pun kebencian Anda kepada suami, hanya karena dia mengabaikan beberapa hal yang sepele, maka Anda harus tetap berada di sisinya. Anda harus bersamanya ketika makan, bersenda-gurau dengannya, dan lain sebagainya.

2.  BERSABARLAH
Keberadaan Anda sebagai partner suami menuntut Anda untuk bersabar dalam segala hal. Rasulullah bersabda, “Orang muslim jika dia bergaul dengan manusia dan bersabar atas gangguannya, maka dia lebih baik daripada orang muslim yang tidak mau bergaul dengan manusia dan tidak bersabar atas gangguannya.” (HR. At-Tirmidzi: 2431, dishahihkan oleh Al-Albani. Lihat: Shahih Al-Jami’: 6651)

Ada sebuah kisah menarik tentang hal ini. Pada zaman Khalifah Al-Manshur, salah seorang menterinya, Al-Ashma'i, melakukan perburuan. Karena terlalu asyik mengejar hewan buruan, dia terpisah dari kelompoknya dan tersesat di tengah padang sahara.

Ketika rasa haus mulai mencekiknya, di kejauhan dia melihat sebuah kemah. Terasing dan sendirian. Dia memacu kudanya ke arah sana dan mendapati seorang penghuni wanita muda dan jelita. Dia meminta air. Wanita itu berkata, “Ada air sedikit, tetapi aku persiapkan hanya untuk suamiku. Ada sisa minumanku. Kalau engkau mau, ambillah.”

Tiba-tiba wajah wanita itu tampak siaga. Dia memandang kepulan debu dari kejauhan. “Suamiku datang,” katanya. Wanita itu kemudian menyiapkan air minum dan kain pembersih. Lelaki yang datang itu lebih pas jika disebut “bekas manusia”. Seorang tua yang jelek dan menakutkan. Mulutnya tidak henti-hentinya menghardik istrinya. Tidak satu pun perkataan keluar dari mulut perempuan itu. Dia membersihkan kaki suaminya, menyerahkan minuman dengan khidmat, dan menuntunnya dengan mesra masuk ke kemah.

Sebelum pergi, Al-Ashma'i bertanya kepada wanita itu, “Engkau muda, cantik, dan setia. Kombinasi yang jarang sekali terjadi. Mengapa engkau korbankan dirimu untuk melayani lelaki tua yang berakhlak buruk?”

"Rasulullah bersabda bahwa agama itu terdiri dari dua bagian: syukur dan sabar"

Jawaban wanita itu mengejutkan Al-Ashma'i. Perempuan tersebut berkata, “Rasulullah bersabda bahwa agama itu terdiri dari dua bagian: syukur dan sabar. Aku bersyukur karena Allah telah menganugerahkan kepadaku usia muda, kecantikan, dan perlindungan. Dia membimbingku untuk berakhlak baik. Aku telah melaksanakan setengah agamaku. Karena itu, aku ingin melengkapi agamaku dengan setengahnya lagi, yakni bersabar.”

3.  Pelajarilah Bahasa Suami
Laki-laki akan tetap berbicara tentang dirinya saat menceritakan pekerjaannya. Berbeda dengan keyakinan yang membudaya, bahwa laki-laki bicara mengenai dirinya melalui obrolan mengenai pekerjaannya. Istri harus paham ketika suaminya bercerita tentang pekerjaannya, maka sebenarnya dia juga sedang berbicara mengenai masalah-masalah pribadi yang sangat dalam.

Suami, misalnya, pulang ke rumah sambil marah-marah karena pimpinannya di kantor kurang menghargai kerja keras yang dilakukannya. Penyebab yang sebenarnya dia bersikap seperti itu mungkin karena dia takut pekerjaannya belum optimal. Jika Anda langsung menimpalinya dengan menyaranka agar dia siap menghadapinya, bisa menimbulkan reaksi yang tidak Anda harapkan dari dia, yaitu dia malah tidak mau bicara.

Maka sebaiknya Anda tidak bersikap seperti itu, tetapi ciptakanlah suasana lembut yang membuatnya lebih siap untuk menceritakan permasalahannya itu. Artinya, yang perlu Anda lakukan adalah diam mendengarkan ucapannya penuh konsentrasi. Karena pilar pertama relasi adalah mau mendengarkan.

"Islam telah menjadikan ketulusan seorang istri terhadap suaminya setara dengan jihad fi sabilillah dalam hal ganjarannya"

4.  Jangan Menambah Masalah
Terkadang, ketika teman Anda menghadapi masalah, mungkin Anda bisa menghadirkan kelembutan dan rasa simpati. Dengan demikian Anda telah membantu mengurai benang kusut permasalahan yang dihadapinya. Namun, tatkala suami Anda berada dalam kesulitan, Anda justru berbuat kebodohan yang menambah dia gelisah dengan menyampaikan pertanyaan-pertanyaan yang membebani, seperti: “Mengapa itu terjadi?”, “Apa yang akan engkau perbuat?”, dan lain sebagainya. Anda menyampaikan pertanyaan tersebut karena mengira cara itu adalah bentuk kepedulian kepada suami.

Namun sejatinya, dengan pertanyaan itu, Anda menuntut suami agar meyakinkan Anda bahwa segala sesuatu akan berjalan sesuai yang diinginkan. Hal ini menyebabkan dia menyesal telah memberi kepercayaan kepada Anda.

Suami selalu mengatakan, “Saya tidak suka menceritakan urusan pekerjaan kepada istri saya. Jika saya melakukannya, justru saya tidak dapat menuntaskan masalah yang saya hadapi.” Oleh karena itu, alangkah baiknya jika Anda mau menahan perasaan. Benar, cinta Anda begitu besar kepada suami, tetapi Anda gagal menjadi pendamping terbaiknya, karena cinta saja tidaklah cukup. Relasi harmonis sejati akan mendatangkan keintiman yang penuh dengan dinamika. Inilah yang membuat pernikahan menjadi sesuatu yang agung.

Istri muslimah yang shalehah hidup dengan suaminya sepenuh hati, sepenuh perasaan, sepenuh jiwa dan raganya. Perasaan dan pikirannya tidak pernah lepas dari pasangannya. Bukankah Islam telah menjadikan ketulusan seorang istri terhadap suaminya setara dengan jihad fi sabilillah dalam hal ganjarannya? Seorang istri bisa menadapatkan pahala ash-shiddiqin (orang-orang jujur dan tulus) jika selalu jujur dalam tindakan dan ucapannya. Dia juga bisa mendapatkan pahala al-abrar (ahli kebajikan) jika mampu memenuhi semua kewajiban terhadap suaminya. Dia juga bisa mendapatkan pahala asy-syuhada jika ia mampu melewati kesulitan dalam mengurus suami dan anak-anaknya.

"Rumah tangga yang baik bukanlah yang dipenuhi dengan perabotan mewah dan modern. Tapi rumah tangga kebahagiaan yang mampu menyatukan banyak hati yang disinari cinta dan kasih sayang, keserasian, kesetian, dan ketulusan untuk hidup berbagi suka dan duka dalam segala suasana"

Wanita memiliki kemampuan luar biasa dalam menciptakan kehidupan yang baik. Jika dia memiliki impian untuk menyulap rumahnya menjadi kebun surga yang indah, pasti dia mampu melakukannya dengan sedikit biaya. Rumah tangga yang baik bukanlah rumah yang selalu dipenuhi dengan perabotan mewah dan modern. Tapi rumah kebahagiaan adalah yang mampu menyatukan banyak hati yang disinari cinta dan kasih sayang, keserasian, kesetian, dan ketulusan untuk hidup berbagi suka dan duka dalam segala suasana. Betapa besar perhatian Islam dalam urusan cinta! 

Menjadi Bahagia Dan Pemenang Sejati. Itu Pilihan Terbaik

Hidup adalah tentang pergulatan dan pilihan ..senang dan sedih. Dua hal itu pasti akan datang bagai sebuah keniscayaan. Manusia sebagai pelaku kehidupan selalu dihadapkan pada sebuah kenyataan yang tidak selalunya indah, dan selaras dengan sederet jurnal rencana awal. Suatu ketika, Allah menyayangi kita dengan memberikan cobaan. Bukan sebagai sebuah hukuman, hanya sebuah seni untuk meningkatkan kualitas kedewasaan dan iman. Sebagai manusia yang wajar dengan segala kemanusiawiannya, air mata kadang ikut datang dengan tanpa direncana

Tapi..

Bukankah semua orang juga pasti pernah pernah diberi cobaan. Dan cerita akhir dari episodenya, hanyalah tergantung pada bagaimana mereka menyikapi cobaan itu?.

Ada orang yang tetap bertahan, dan memilih tidak mau mengalah dan menyerah pada keadaan. Mereka memilih untuk tetap tegar dan belajar, belajar mengambil hikmah, belajar berdamai dengan kenyataan, belajar berkompromi dengan diri sendiri untuk selalu kuat menghadapi. Allah itu Maha penyayang... adalah sekelumit prasangka baik yang tetap dijaga dalam hati- hati para pejuang keadaan ini, walaupun kesedihan terasa sangat mendalam.

Disisi lain..

Lihatlah, pada para penyerah situasi. Dengan sangat mudah mereka menenggelamkan diri pada kesedihan yang tengah membelit mereka. Dengan sangat profesional malah, mereka mendramatisir dan menganggap bahwa merekalah yang paling sengsara. Sebagai tumpahan kekesalan, ...tanpa ampun, sebagian mereka menghujat bahwa Allah itu kejam.
Kebahagiaan dan kesedihan hanyalah bagai bumbu kehidupan. berusahalah untuk tidak salah memilih dan menyikapinya. Satu hal yang harus kita ingat, jangan sampai kesibukan kita dalam mencari dan menikmati kebahagiaan dunia membuat kita lalai dari tujuan penciptaan kita yang sebenarnya, yaitu beribadah kepada Allah, dan atau pergulatan dalam kesedihan dan kesusahan dunia membuat kita putus asa dalam beribadah kepadaNya.

Selama hidup ini, ternyata banyak hal bisa yang bisa membuat kita bahagia. Tapi lebih banyak hal yg bisa membuat kita sedih. Peringan langkah dan pikiran anda untuk tetap fokus pada hal hal yang membahagiakan. Berusahalah bangkit, melawan kesedihan, dan bergelar pemenang dan pejuang sejati...

Dengan berbekal Akses positif selalu pada Allah, maka channel kebahagiaan bisa kita ciptakan dalam situasi sesulit apapun. Dan Menjadi bahagia adalah pilihan terbaik untuk menghabiskan umur kita yang terbatas ini.

MANUSIA BOLEH TIDAK MENGHARGAI, TAPI TUHAN MEMBERIKAN YANG TERBAIK

Sudah sering kali kita bekerja hanya untuk mendapatkan penghargaan di mata manusia. Wajar menurut saya, namanya ego tentu mencari hal-hal seperti itu untuk memuaskan diri. Hanya saja yang sering terjadi adalah kita kerap kurang dihargai. Akibatnya kekecewaan yang kita tuai.

Lain halnya ketika sejak awal menempatkan niatan kita, bekerja untuk dilihat oleh Allah. Bekerja sebagai ibadah kepadaNya. Maka apapun respon orang di sekitar kita, baik itu yang positif ataupun negatif, selama apa yang kita lakukan benar dan tidak menyimpang kita akan tetap semangat. Tidak dihargai oleh yang lain?  Tenang, Allah tidak tidur. Jika manusia manusia hanya membalas sekedarnya, maka Allah selalu memberikan yang terbaik. Yakinlah akan hal itu. Bisa jadi tidak sekarang tapi nanti, berkat atau balasan itu akan datang di waktu yang tepat.

Janganlah kita campur aduk antara bisnis dan pekerjaan, karena kedua itu akan mengganggu hasil yang kita dapat. Sadarlah wahai manuasia dunia sudah semakin tua, jangan kita buat dunia ini tambah tua dengan tingkah laku kita yang tidak baik.

Asal Usul Kumandang Adzan

Seiring dengan berlalunya waktu, para pemeluk agama Islam yang semula sedikit, bukannya semakin surut jumlahnya. Betapa hebatnya perjuangan yang harus dihadapi untuk menegakkan syiar agama ini tidak membuatnya musnah. Kebenaran memang tidak dapat dmusnahkan. Semakin hari semakin bertambah banyak saja orang-orang yang menjadi penganutnya.

Demikian pula dengan penduduk dikota Madinah, yang merupakan salah satu pusat penyebaran agama Islam pada masa-masa awalnya. Sudah sebagian tersebar dari penduduk yang ada dikota itu sudah menerima Islam sebagai agamanya. Ketika orang-orang Islam masih sedikit jumlahnya, tidaklah sulit bagi mereka untuk bisa berkumpul bersama-sama untuk menunaikan sholat berjama`ah. Kini, hal itu tidak mudah lagi mengingat setiap penduduk tentu mempunyai ragam kesibukan yang tidak sama. Kesibukan yang tinggi pada setiap orang tentu mempunyai potensi terhadap kealpaan ataupun kelalaian pada masing-masing orang untuk menunaikan sholat pada waktunya. Dan tentunya, kalau hal ini dapat terjadi dan kemudian terus-menerus berulang, maka bisa dipikirkan bagaimana jadinya para pemeluk Islam. Ini adalah satu persoalan yang cukup berat yang perlu segera dicarikan jalan keluarnya.

Pada masa itu, memang belum ada cara yang tepat untuk memanggil orang sholat. Orang-orang biasanya berkumpul dimasjid masing-masing menurut waktu dan kesempatan yang dimilikinya. Bila sudah banyak terkumpul orang, barulah sholat jama`ah dimulai.

Atas timbulnya dinamika pemikiran diatas, maka timbul kebutuhan untuk mencari suatu cara yang dapat digunakan sebagai sarana untuk mengingatkan dan memanggil orang-orang untuk sholat tepat pada waktunya tiba. Ada banyak pemikiran yang diusulkan. Ada sahabat yang menyarankan bahwa manakala waktu sholat tiba, maka segera dinyalakan api pada tempat yang tinggi dimana orang-orang bisa dengan mudah melihat ketempat itu, atau setidak-tidaknya asapnya bisa dilihat orang walaupun ia berada ditempat yang jauh. Ada yang menyarankan untuk membunyikan lonceng. Ada juga yang mengusulkan untuk meniup tanduk kambing. Pendeknya ada banyak saran yang timbul.

Saran-saran diatas memang cukup representatif. Tapi banyak sahabat juga yang kurang setuju bahkan ada yang terang-terangan menolaknya. Alasannya sederhana saja : itu adalah cara-cara lama yang biasanya telah dipraktekkan oleh kaum Yahudi. Rupanya banyak sahabat yang mengkhawatirkan image yang bisa timbul bila cara-cara dari kaum kafir digunakan. Maka disepakatilah untuk mencari cara-cara lain.

Lantas, ada usul dari Umar r.a jikalau ditunjuk seseorang yang bertindak sebagai pemanggil kaum Muslim untuk sholat pada setiap masuknya waktu sholat. Saran ini agaknya bisa diterima oleh semua orang, Rasulullah SAW juga menyetujuinya. Sekarang yang menjadi persoalan bagaimana itu bisa dilakukan ? Abu Dawud mengisahkan bahwa Abdullah bin Zaid r.a meriwayatkan sbb : "Ketika cara memanggil kaum muslimin untuk sholat dimusyawarahkan, suatu malam dalam tidurku aku bermimpi. Aku melihat ada seseorang sedang menenteng sebuah lonceng. Aku dekati orang itu dan bertanya kepadanya apakah ia ada maksud hendak menjual lonceng itu. Jika memang begitu aku memintanya untuk menjual kepadaku saja.

Orang tersebut malah bertanya," Untuk apa ? Aku menjawabnya,"Bahwa dengan membunyikan lonceng itu, kami dapat memanggil kaum muslim untuk menunaikan sholat." Orang itu berkata lagi,"Maukah kau kuajari cara yang lebih baik ?" Dan aku menjawab " Ya !" Lalu dia berkata lagi, dan kali ini dengan suara yang amat lantang ," Allahu Akbar,…Allahu Akbar….."

Ketika esoknya aku bangun, aku menemui Rasulullah SAW dan menceritakan perihal mimpi itu kepada beliau. Dan beliau berkata,"Itu mimpi yang sebetulnya nyata. Berdirilah disamping Bilal dan ajarilah dia bagaimana mengucapkan kalimat itu. Dia harus mengumandangkan adzan seperti itu dan dia memiliki suara yang amat lantang." Lalu akupun melakukan hal itu bersama Bilal."

Rupanya, mimpi serupa dialami pula oleh Umar r.a, ia juga menceritakannya kepada Rasulullah SAW . Nabi SAW bersyukur kepada Allah SWT atas semua ini.

Cinta Itu Bukanlah Bernama Kekerasan, Tamparan, Atau Pukulan

Setiap pasangan suami istri mendambakan kebahagiaan dan kedamaian dalam rumah tangga. Namun sayangnya, hal itu tidaklah selalu menjadi kenyataan yang indah seperti dalam dongeng. Beberapa istri saat ini berada dalam situasi yang sangat menyakitkan. Para suami mereka mewujudkan arogansi nya dalam bentuk kekerasan dalam rumah tangga. Mulai dari suka menjahati istri, suka memukul, menyakiti hati dan menyiksa perasaan istri, termasuk menelantarkan istri/keluarga. Faktor utama pemicu semua itu adalah tentu krisis iman yang akhirnya menyulut konflik yang lebih dalam pada hal-hal yang lain dalam rumah tangga. salah satunya adalah pada masalah ekonomi. Suami merasa putus asa karena tidak imbangnya penghasilan dengan usaha yang telah dikeluarkan untuk mendapatkannya, sedang tuntutan kebutuhan hidup semakin meningkat.

Sayangnya, kesemua masalah diatas tidak di sikapi dengan bijak. "Kecintaan" para suami dalam pengabdian sebagai suami dan ayah diwujudkan dalam bentuk kekerasan.

"Sayangnya masalah yang datang dalam hidup di sikapi dengan bijak oleh para suami pelaku KDRT. "Kecintaan" mereka dalam pengabdian sebagai suami dan ayah diwujudkan dalam bentuk kekerarasan"

Bukankah Allah mengkaruniakan logika dan tenaga yang lebih banyak kepada para laki-laki dari pada perempuan yang mengutamakan perasaan. Namun mengapa masih saja banyak suami yang mengedepankan emosi. Tamparan, cacian, tendangan sampai pukulan menjadi solusi terakhir dan penyelesaian sebuah masalah yang sangat tidak pantas. Dan, lagi-lagi istri dan terutama anak anak yang belum dapat memahami permasalahan ayah ibunya, menjadi korban.

Padahal rasullullah sebagai suri tauladan yang baik, tidak pernah mengajarkan tentang Kekerasan, apalagi dalam rumah tangga. Beliau tidak pernah melakukan kekerasan fisik kepada keluarganya, apalagi berkata keras, membentak, bahkan sampai berwajah tak menyenangkan saja tidak dicontohkan oleh beliau terhadap isteri, anak dan cucu-cucu beliau.

Rasulullah mengecup dan mencium Ibrahim, putra beliau, sebagai bukti betapa lembut perilaku beliau terhadap putranya. Rasulullah menggendong cucunya dalam shalat. Hal ini semakin menguatkan kesimpulan betapa Islam menghendaki kelembutan dalam interaksi antar anggota keluarga. Bukankah Rasul saw bisa saja membiarkan sang cucu tergeletak di bawah dan bermain-main sendiri, sedangkan beliau tengah shalat? Ternyata, justru beliau menggendong sang cucu saat berdiri dalam shalat, dan meletakkan saat beliau sujud.

"Padahal rasullullah sebagai suri tauladan yang baik, tidak pernah mengajarkan tentang Kekerasan, apalagi dalam rumah tangga. Beliau tidak pernah melakukan kekerasan fisik kepada keluarganya, apalagi berkata keras, membentak, bahkan sampai berwajah tak menyenangkan saja tidak dicontohkan oleh beliau terhadap isteri, anak dan cucu-cucu beliau"

Abu Qatadah al Anshary meriwayatkan, bahwa Rasulullah saw menunaikan shalat sambil menggendong Umamah putri Zainab binti Rasulillah saw dengan Abil Ash bin Rabi’ah bin Abdi Syams. Apabila beliau sujud, diletakkanlah Umamah dan apabila beliau berdiri digendongnya (Riwayat Bukhary dan Muslim).
“Beliau adalah manusia biasa”, itu komentar pertama Aisyah ketika ditanya tentang pribadi Rasul saw. Namun begitu Luar biasanya pribadi Rasulullah saw. Demikianlah Kepribadian sang Nabi Allah. Demikianlah sosok manusia pilihan Allah. Rasullullah mengajarkan bahwa Islam adalah tentang rahmat dan kasih sayang, sama sekali Jauh dari tindakan kekerasan.

Jika saat ini anda adalah seorang istri berada dalam posisi sulit dan hidup dalam "naungan" kekerasan dari suami, maka dibutuhkan kesabaran yang sangat amat besar dan keikhlasan yang dalam serta cita cita untuk bisa meluluskan diri, karena kesemua itu adalah cobaan dari Allah untuk meningkatkan kualitas hambanya. Berusaha berbuat semanis mungkin agar suami bisa berubah dan kembali menjadi suami yang baik dan bertanggung jawab, adalah hal yang perlu dicoba, sebagai alternatif pengubah keadaan menjadi lebih baik. Tidak mudah memang, namun semua usaha akan selalu bernilai di hadapan allah sebagai sebuah usaha. dan insyaallah, Allah tidak akan menyia nyiakan keiklasan hambanya yang berusaha.

Walaupun menjadi pihak yang terdholimi, tetaplah tegar dan sabar, tetaplah lakukan introspeksi yang mendalam, karena manusia tidak luput dari dengan kekurangan. Kesadaran untuk mengetahui Sebenarnya apa yang terjadi pada diri kita, adalah sangat baik. Mungkin dengan melakukan hal tersebut, dapat menimbulkan perubahan sifat yang terjadi pada suami kita, tentunya yang akan mengarah para kehidupan yang lebih mendamaikan.

"Jika saat ini anda adalah seorang istri berada dalam posisi sulit dan hidup dalam "naungan" kekerasan dari suami, bersabarlah. Tidak mudah memang, namun semua usaha akan selalu bernilai di hadapan allah sebagai sebuah usaha. dan insyaallah, Allah tidak akan menyia nyiakan keiklasan hambanya yang bersabar"

Dan untuk para suami pelaku kekerasan, istri adalah pendamping anda, menua bersama anda, makhluk yang penuh kelembutan yang dititipkan allah sebagai amanah untuk dijaga, maka berusahalah untuk selalu berlemah lembut dalam memberi nasihat kepada "tulang rusuk" anda tersebut. Luka dalam fisik dapat anda obati dan seiring waktu dapat sembuh seperti semula, namun luka dan trauma dihati para istri istri anda atas apa yang telah anda lakukan, akan susah sekali untuk terhapus. Ingatlah, bahwa sesuatu itu akan tampak sangat berharga saat anda telah kehilangan atau ditinggalkan.Sekali lagi, bila kita adalah seorang muslim pastilah tahu bahwa Islam adalah agama rahmat dan kasih sayang. Islam tidak pernah mengajarkan tentang Kekerasan, apalagi dalam rumah tangga. Dan, Rasul saw sebagai teladan utama kaum muslimin tak pernah mencontohkan melakukan kekerasan terhadap keluarganya.

Mengatasi Konflik Demi Kemesraan Rumah Tangga

Pernikahan adalah tentang menyatukan dua hati dan pemikiran. Sering kali terjadi perbedaan diantara keduanya yang biasanya diwujudkan dalam konflik, pertengkaran atau perdebatan. Banyak orang mengatakan bahwa hal tersebut merupakan bumbu-bumbu penyedap yang memiliki esensi dalam hubungan itu sendiri, dan bukanlah menjadi jurang pemisah di antara pasangan. Jadi bagaimanakah mengatasi konflik atau pertengkaran agar setelah semua selesai, justru hubungan suami istri akan semakin mesra?

Adakalanya suami istri harus mengingat kembali tujuan awal dari pernikahan yang menjadikan agama sebagai pondasi. Maka dengan adanya kesadaran tersebut, walaupun konflik telah memanas, namun pikiran akan tergerak untuk mengatasinya berdasarkan aturan aturan agama. Selain itu, cobalah untuk berpikir realistis dan atau dengan logika, bahwa pasangan yang anda nikahi adalah seorang manusia, sepaket dengan kekurangan dan kelebihannya. Dia adalah bukan malaikat yang tanpa cela. Ingatlah pula bahwa setiap pribadi yang diciptakan Allah adalah unik, maka komunikasi yang sehat tersebut juga akan berjalan lancar jika dari awal kita bisa memahami atau paling tidak mempunyai keinginan untuk memahami keunikan karakter, sifat dan atau kesukaan pasangan. Perasaan menerima semua kenyataan itu akan memberi ruang pemikiran yang lebih luas untuk mengatasi semua konflik dengan jalan kompromi, dan komunikasi yang sehat. Hal itu bisa dilakukan pula lewat keterbukaan, kejujuran, dan pengenalan yang baik terhadap kondisi, situasi, waktu dan cara yang baik untuk menyampaikan pesan kepada pasangan.

"Cobalah untuk berpikir realistis dan atau dengan logika, bahwa pasangan yang anda nikahi adalah seorang manusia, sepaket dengan kekurangan dan kelebihannya. Dia adalah bukan malaikat yang tanpa cela"

Konflik dengan pasangan juga selalu identik dengan kemarahan. Marah tidaklah dilarang, apalagi kalau dikarenakan alasan yang tepat, di tempat yang tepat, pada waktu yang tepat, kepada orang yang tepat, dan dengan kadar yang pas tentunya. Namun sebaiknya dihindari kemarahan yang akan membawa kita pada situasi yang semakin buruk dan berakhir dengan penyesalan, karena pada saat marah, akal pikiran kita tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Tenangkan diri terlebih dahulu, jernihkan pikiran, dinginkan kepala, agar keputusan yang diambil tidak menjadi penyesalan di kemudian hari.

permasalahan apapun juga akan bisa diatasi dengan mengedepankan sikap yang dewasa,dan sabar. Jika emosi meningkat, cobalah untuk meredamnya beberapa saat dengan diam sejenak. Jika suami sudah memulai dahulu dengan omelan, cobalah untuk menahan diri satu tingkat lebih, hal ini terlebih lagi jika konflik terjadi didepan buah hati. Penting untuk diingat, bahwa saling menjaga mulut antara istri dan suami di depan anak sangatlah penting. Usahakan jangan sampai konflik yang mengatas namakan perbedaan tersebut memancing kesedihan si kecil.

"Rumah tangga adalah tentang belajar, salah satunya adalah belajar menyadari dan saling memenuhi hak dan kwajiban sebagai suami istri. Setiap kita mau tidak mau dituntut untuk belajar hal tersebut demi kebahagiaan bersama".

Konflik juga mungkin terjadi apabila suami istri tidak atau belum mengetahui dan menyadari hak dan kewajiban masing masing. Dan rumah tangga adalah tentang belajar, salah satunya adalah belajar menyadari dan saling memenuhi hak dan kwajiban sebagai suami istri. Setiap kita mau tidak mau dituntut untuk belajar hal tersebut demi kebahagiaan bersama. Keselarasan akan muncul jika suami istri tidak membawa kedua hal tersebut dalam sebuah interaksi yang kaku. Buatlah sefleksibel dan senyaman mungkin dalam kegiatan pemenuhan hak dan kewajiban, agar tidak ada rasa keterpaksaan diantara pasangan dalam melakukannya. Tentu saja penerapan hal tersebut memerlukan kepahaman dan pengertian dan keluasan hati masing-masing pasangan.

Hal lain yang tidak boleh dilupakan dalam rumah tangga dan juga menjadi salah satu penetralisir konflik adalah rasa bersyukur. Rumah tangga akan terasa damai jika suami istri saling menyadari Bagaimanapun kondisi pasangannya. Kekurangan dan kelebihan itu adalah hal yang perlu disyukuri, karena bisa jadi dia lah pasangan yang paling tepat untuk kita. Ketika ada hal-hal yang kurang pada pasangan,jangan buru buru mengalihkan pandangan kepada " yang lain".  Cobalah sama-sama perbaiki, saling introspeksi, dan bersemangat dalam meningkatkan kebaikan dalam diri masing-masing.

"Rumah tangga akan terasa damai jika suami istri saling menyadari Bagaimanapun kondisi pasangannya. Kekurangan dan kelebihan itu adalah hal yang perlu disyukuri, karena bisa jadi dia lah pasangan yang paling tepat untuk kita".

Terakhir, pernikahan indah bukan berarti lepas dari kesalahan dan kekurangan. Sebagai seorang manusia biasa, suami istri pasti pernah melakukan kesalahan dan atau tanpa sengaja menyakiti satu sama lain. Namun dengan satu kata maaf yang ikhlas dari dalam hati dan kemakluman atas sebuah ketidak sempurnaan manusia, akan bisa mengurangi beban masalah itu sendiri. Tidak ada salahnya jika kita mencoba mengesampingkan gengsi dan harga diri didepan pasangan. Toh, kita manusia biasa yang sama seperti pasangan. Dengan memaafkan bisa berarti kita memberi kesempatan pasangan kita untuk menjadi pribadi yang lebih baik, dan memberikan kesempatan kepadanya untuk tidak mengulangi kesalahannya. Selain itu, perasaan memaafkan adalah juga menjadi simbol ketulusan cinta kedua pasangan, dan hal ini adalah yang tak ternilai oleh apapun. Dan akhirnya, Dengan pengelolaan yang cantik dalam hal kesadaran, perasaan hati dan sikap ketika terjadi konflik, justru akan memunculkan respek dan kemesraan ketika suami istri berhasil melalui semua itu. So, hadapi dan nikmati saja konfliknya

Hikmah Tinggalkan Bohong

Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Luqman Hakim, menceritakan pada suatu hari ada seorang telah datang berjumpa dengan Rasulullah S.A.W. kerana hendak memeluk agama Islam. Sesudah mengucapkan dua kalimah syahadat, lelaki itu lalu berkata :

"Ya Rasulullah. Sebenarnya hamba ini selalu sahaja berbuat dosa dan payah hendak meninggalkannya." Maka Rasulullah menjawab : "Mahukah engkau berjanji bahawa engkau sanggup meninggalkan cakap bohong?"

"Ya, saya berjanji" jawab lelaki itu singkat. Selepas itu, dia pun pulanglah ke rumahnya.

Menurut riwayat, sebelum lelaki itu memeluk agama Islam, dia sangat terkenal sebagai seorang yang jahat. Kegemarannya hanyalah mencuri, berjudi dan meminum minuman keras. Maka setelah dia memeluk agama Islam, dia sedaya upaya untuk meninggalkan segala keburukan itu. Sebab itulah dia meminta nasihat dari Rasulullah S.A.W.

Dalam perjalanan pulang dari menemui Rasulullah S.A.W. lelaki itu berkata di dalam hatinya :

"Berat juga aku hendak meninggalkan apa yang dikehendaki oleh Rasulullah itu."

Maka setiap kali hatinya terdorong untk berbuat jahat, hati kecilnya terus mengejek.

"Berani engkau berbuat jahat. Apakah jawapan kamu nanti apabila ditanya oleh Rasulullah. Sanggupkah engkau berbohong kepadanya" bisik hati kecil. Setiap kali dia berniat hendak berbuat jahat, maka dia teringat segala pesan Rasulullah S.A.W. dan setiap kali pulalah hatinya berkata :

"Kalau aku berbohong kepada Rasulullah bererti aku telah mengkhianati janjiku padanya. Sebaliknya jika aku bercakap benar bererti aku akan menerima hukuman sebagai orang Islam. Oh Tuhan....sesungguhnya di dalam pesanan Rasulullah itu terkandung sebuah hikmah yang sangat berharga."

Setelah dia berjuang dengan hawa nafsunya itu, akhirnya lelaki itu berjaya di dalam perjuangannya menentang kehendak nalurinya. Menurut hadis itu lagi, sejak dari hari itu bermula babak baru dalam hidupnya. Dia telah berhijrah dari kejahatan kepada kemuliaan hidup seperti yang digariskan oleh Rasulullah S.A.W. Hingga ke akhirnya dia telah berubah menjadi mukmin yang soleh dan mulia.

Pahala Bersolek Bagi Istri Shalihah

Barangkali para istri muslimah terpesona dengan tema ini, sebab ini bukan perkara yang aneh. Mereka semua pasti setuju. Ya, memang benar bahwa bersoleknya seorang istri untuk suaminya adalah merupakan proses ibadah yang bernilai pahala. Istri yang muslimah diseru untuk selalu memperhatikan kecantikan, keindahan, dan kemolekannya, meski usia pernikahannya telah melewati puluhan tahun lamanya.

Ini mengingat, meskipun suaminya sudah tua, dia tetap akan merasakan kedamaian dari kata-kata manis sang istri. Dia senantiasa menikmati pemandangan indah istrinya. Dengan demikian, minimal sang istri bisa menjaga suaminya, untuk tidak melirik wanita lain.

Sebagian muslimah yang sudah beristri terkadang menganggap bahwa berdandan merupakan hak para model, artis, penyiar televisi, dan wanita-wanita yang tidak agamis lainnya. Pandangan tersebut jelas sangat keliru dan tertolak kebenarannya. Sebab, bersolek dan berdandan merupakan faktor terpenting untuk memantapkan cinta dan menaklukkan hati suami. Selain itu, berdandan juga bisa diakses untuk merekonstruksi kokohnya bangunan rumah tangga suami-istri.

Dalam bukunya Az-Zaujah Al-Mubdi’ah wa Asrar Al-Jamal, Shabah Sa’id menegaskan, di antara kesalahan-kesalahan fatal yang dilakukan oleh para istri adalah mengabaikan aktivitas berdandan dan berhias, serta tidak menampakkan sisi femininnya kepada suaminya. Penampilan apa adanya sang istri di hadapan suaminya, atau bahkan mengabaikan penampilan dirinya, merupakan faktor potensial yang dapat merusak kehidupan rumah tangga.

"Di antara kesalahan-kesalahan fatal yang dilakukan oleh para istri adalah mengabaikan aktivitas berdandan dan berhias, serta tidak menampakkan sisi femininnya kepada suaminya"
Shabah Sa’id melanjutkan, yang lebih menakjubkan lagi tentunya jika kita melihat sebagian muslimah mengabaikan atau menganggap remeh dandanan mereka di hadapan suaminya. Sangat ironis jika kita menyaksikan para muslimah tampil seadanya di hadapan suami mereka, dan aroma dapur atau bau masakan tercium dari mulut dan badan mereka, namun di luar rumah kita bisa mencium aroma wangi semerbak dari mulut dan pakaian mereka.

Islam benar-benar mendorong kaum muslimah agar merawat kecantikan dan kelembutannya. Rasulullah SAW bersabda kepada Umar, “Maukah kuberitahukan sebaik-baik simpanan seseorang? Dia adalah wanita shalihah, yaitu jika suami memandangnya, dia menyenangkannya.”


Dari hadits Abdullah bin Salam, bahwa Rasulullah bersabda ”Sebaik-baik istri ialah istri yang menyenangkan kamu bila engkau memandang (nya), dan taat kepadamu bila engkau menyuruh (nya), serta menjaga dirinya dan harta bendamu di waktu engkau tidak berada bersamanya.”


Oleh karena itu, berdandan untuk suami merupakan bagian dari ibadah. Sehingga istri kelak akan mendapatkan balasan dan pahala dari Allah di akhirat kelak. Selain itu, dia akan mendapatkan kebahagiaan dan kepuasan dalam hidupnya bersama suaminya.

"Istri wajib tampil cantik dan semenarik mungkin di depan suami. Dan semua itu akan melahirkan pahala yang besar dari Allah"

Betapa tidak, barangsiapa yang menemui istrinya, lalu dia mendapati istrinya dalam keadaan cantik dan menarik, itu berarti sang istri telah menyenangkan suaminya. Pun demikian, dia harus bisa menarik hati suami dengan segenap kecantikan dan sikap manjanya.

Berhias atau berdandan adalah sifat fitrah seorang wanita, di mana secara naluri para wanita umumnya punya kecenderungan untuk tampil cantik dan menarik. Ini barangkali berhubungan dengan jiwa wanita yang suka pada keindahan dan kebersihan ketimbang laki-laki. Naluri ini adalah karunia Allah yang harus disyukuri.
Dalam pelaksanaannya, naluri untuk tampil cantik dan berhias ini telah Allah berikan petunjuk-Nya, sehingga tidak salah jalan yang hanya akan mengakibatkan kerugian dan kerusakan bagi pelakunya.
Ini mirip dengan naluri untuk makan yang merupakan karunia yang harus disyukuri. Namun naluri itu perlu dibuatkan koridornya agar tidak mencelakakan diri sendiri. Misalnya Allah melarang untuk memakan makanan yang merusak diri sendiri dan juga yang menghilangkan akal pikiran. Semua itu diberlakukan agar nikmat ini terjaga dan berfaedah, bukan merusak dan menghancurkan sang hamba.

Dalam persoalan berhias, maka batasan yang Allah tetapkan adalah:

1. Kepada suami
Istri wajib tampil cantik dan semenarik mungkin di depan suami. Dan semua itu akan melahirkan pahala yang besar dari Allah.

2. Kepada laki-laki yang mahram dan sesama wanita muslimah
Seorang wanita boleh menampakkan sebagian tubuhhya seperti kepala, leher, tangan, kaki dan bagian lain yang memang dibolehkan secara syar‘i di depan keluarganya yang masih mahram. Namun tidak boleh menampakkan bagian seperti aurat-aurat ‘besar’ dan lainnya. Berdandan di depan mereka pun tidak menjadi masalah asal masih dalam batas yang wajar dan tidak vulgar.

"Selain itu, Islam menentang sikap berlebih-lebihan dalam berhias sampai pada tahapan menjurus pengubahan ciptaan Allah"

3. Tidak berdandan untuk laki-laki non-mahram dan wanita kafir
Keduanya punya kedudukan yang sama yaitu diharamkan menampakkan bagian tubuh dan berhias di depan mereka. Apalagi melenggak-lenggokkan tubuh untuk menarik syahwat laki-laki asing atau non-mahram.
Selain itu, Islam menentang sikap berlebih-lebihan dalam berhias sampai pada tahapan menjurus pengubahan ciptaan Allah yang oleh Al-Qur‘an dinilai bahwa mengubah ciptaan Allah adalah ajakan setan kepada pengikut-pengikutnya. Pasalnya, setan akan berkata, “Sungguh akan kami pengaruhi mereka itu, sehingga mereka mau mengubah ciptaan Allah.” (An-Nisa’ 119)

Berdandan tidak harus dengan memakai make up dan perhiasan yang mahal. Rajin membersihkan diri dengan mandi, bersiwak, memakai parfum dan berpakaian rapi dan serasi, sudah termasuk bagian dari berdandan.

"Dandanan yang memikat dan aroma parfum yang harum akan menjaga dan memagari suami dari maksiat"
Demikian pula menyisir rambut, mencabuti bulu ketiak dan memotong rambut kemaluan, juga termasuk berdandan. Jika suka dan memang punya, bolehlah memoleskan sedikit bedak ke wajah, dan lipstik tipis di bibirmu. Itu akan menambah cantik penampilan. Kalau ada, tak ada salahnya pula memakai perhiasan, atau berpakaian menarik di hadapan suami. Tentu, semua itu harus diikuti dengan keindahan akhlakmu.

Berpakaian model apapun yang diinginkan dan disenangi suami, maka itu dibolehkan dalam syariat Islam, karena tidak ada batasan aurat antara istri dan suaminya. Dandanan yang memikat dan aroma parfum yang harum akan menjaga dan memagari suami dari maksiat. Mata suami akan tertutup dari melihat pemandangan haram di luar rumah, bila mata itu dipuaskan oleh istrinya dalam rumah. Jika istri tidak dapat memuaskan atau menyenangkan suami sehingga suaminya sampai jatuh dalam kemaksiatan (tertarik melihat pemandangan haram di luar rumah) maka berarti si istri turut berperan membantu suaminya bermaksiat kepada Allah.

"Mata suami akan tertutup dari melihat pemandangan haram di luar rumah, bila mata itu dipuaskan oleh istrinya dalam rumah"

Benar, bahwa dunia ini hanya sekedar jembatan, dan tujuan hidup seorang mukmin tidak hanya untuk melahap kenikmatan. tetapi menikmati yang mubah juga dianjurkan, sebagaimana melakukan yang haram juga dilarang. Maka telah disebutkan di dalam hadits, bahwa Nabi Muhammad bersabda, “Di dalam diri di antara kalian terdapat sedekah.” (HR. Muslim).

Maka ‘bersedekahlah’ kepada para suami dengan berdandan semenarik mungkin, demi keridhaan Allah dan pahala-Nya. 

Kesantunan Istri Berbahasa, Pilar Keluarga Bahagia

Sifat mulia yang menonjol yang Allah anugrahkan pada wanita adalah kehalusan, kelembutan perasaan dan hati. Salah satunya adalah dalam berbahasa. Dalam banyak hal, Wanita di-manapun ia berada sejak dulu hingga sekarang, dan mungkin sampai akan datang,lebih suka menggunakan kata-kata yang lembut nan santun, di dalam semua hal. Sebagai contoh, Wanita lebih suka memakai kata-kata romantis, seperti sayang, kakanda, dll. Wanita juga lebih suka menerima pujian dari pada memuji. Selain itu, wanita sering menggunakan kata sindiran jika mengingingkan sesuatu, sedang laki-laki lebih cenderung untuk berkata terus terang. Pilihan bahasa yang digunakan wanita itu sendiri menunjukkan cerminan kepribadiannya. Lewat hal itu, orang dapat mengidentifikasi gambaran tentang karakter, watak, sikap dan sifatnya. Pemilihan bahasa yang lemah lembut, sopan, santun,teratur, jelas, dan lugas tentu saja akan menampilkan pribadi yang cantik dan elegan.

Di dalam kehidupan sehari-hari, Nabi SAW pun sering menggunakan kata-santun, lembut nan mesra ketika menyapa istri-istrinya. Ini adalah bukti, bahwa beliau SAW  benar-benar memahami karakter wanita yang memiliki sifat lembut, keibuan, dan mengedepankan perasaan.

"Memang sungguh ajaib makhluk yang bernama wanita. Dengan kekuatan kelembutan dan kesantunan kata katanya dia mampu mengubah kesedihan menjadi kebahagiaan"

Memang sungguh ajaib makhluk yang bernama wanita. Dengan kekuatan kelembutan kata katanya dia mampu mengubah kesedihan menjadi kebahagiaan. Dengan kalimat kalimatnya pula, seorang wanita dapat berubah menjadi negosiator yang hebat. Justru karna ia mampu berpikir tidak hanya menggunakan logika, namun juga perasaan dan perkataannya yang lembut, sehingga ia menjadi seorang penyelesai masalah yang hebat.

maka rugilah jika ada wanita yang berpendapat, bahwa komunikasi akan terjalin dengan baik tidak hanya dengan kelemah lembutan serta sopan santun. Masih menurut mereka, terkadang kita perlu mengesampingkan hal hal tersebut saat mengatakan sesuatu dengan sejujur-jujurnya, atau dalam hal membela diri, untuk memberitakan kebenaran, dan atau menghujat apa yang perlu dihujat,dan untuk memaki ketika hal itu dibutuhkan. Apakah mereka lupa dengan pepatah lama yang menyebutkan lidah atau lisan bagaikan pedang. Untuk menyatakan kejujuran tidaklah harus dengan cara yang kasar,dan atau untuk menjadi tegas tidaklah harus dengan kekerasan. Penyampaian ide ataupun kritik pada suami dan atau keluarga bisa disampaikan dengan cara yang lebih halus, karena sesuatu yang baik akan berakibat baik jika dilaksanakan dengan cara yang baik dan santun.

Minggu, 14 November 2010

Celaan Terhadap Sikap Bermewah-mewahan

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu supaya menaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya. [QS. Al-Isro’: 16]
 
Kata Al-Mutrif: bermakna orang yang menikmati secara mewah dan berlebihan dalam kelezatan dan dunia dan syahwatnya. Maksudnya adalah Allah memerintahkan kepada orang-orang hidup ewah ini untuk melakukan ketaatan kepada Allah namun mereka enggan melaksanakan perintah tersebut bahkan mereka berbuat kefasikan dan kerusakan maka mereka berhak mendapat siksa dan kehancuran. Dan Allah subhanahu wa ta’ala telah memberitahukan tentang kehidupan orang-orang yang mewah ini bahwa datang kepada mereka ayat-ayat Allah dan mereka diperingatkan dengannya namun mereka sombong dan berpaling darinya maka Allah-pun mengazab mereka.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
Hingga apabila Kami timpakan azab, kepada orang-orang yang hidup mewah di antara mereka, dengan serta merta mereka memekik minta tolong. Janganlah kamu memekik minta tolong pada hari ini. Sesungguhnya kamu tiada akan mendapat pertolongan dari Kami. Sesungguhnya ayat-ayat-Ku (Al Qur'an) selalu dibacakan kepada kamu sekalian, maka kamu selalu berpaling ke belakang, dengan menyombongkan diri terhadap Al Qur'an itu dan mengucapkan perkataan-perkataan keji terhadapnya di waktu kamu bercakap-cakap di malam hari. [QS. Al-Mu’minun: 64-67]

Dan Allah subhanahu wa ta’ala telah memberitahukan bahwa hidup mewah adalah sifat orang-orang kafir. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

Dan golongan kiri, siapakah golongan kiri itu. Dalam (siksaan) angin yang amat panas dan air yang panas yang mendidih, dan dalam naungan asap yang hitam. Tidak sejuk dan tidak menyenangkan.Sesungguhnya mereka sebelum itu hidup bermewah-mewah. [QS. Al-Waqi’ah: 41-45]

Maksudnya mereka hidup mewah dan terjerumus pada syahwat dan kelezatan duniawi. Dan Allah subhanahu wa ta’ala memberitahukan bahwa kehidupan yang mewah akan berdampak buruk bagi kehidupan duniawi dan akherat. Allah subhanahu wa ta’ala menceritakan tentang Nabi Shaleh pada saat dia memberikan peringatan kepada kaum Tsamud dan mereka adalah bangsa arab yang menempati kota batu yang terletak antara lembah Al-Qura dan negeri Syam, tempat tinggal mereka cukup terkenal dan sekarang disebut dengan mada’in Shaleh.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman;

قال الله تعالى : ﴿ أَتُتْرَكُونَ فِي مَا هَاهُنَا آمِنِينَ. فِي جَنَّاتٍ وَعُيُونٍ وَزُرُوعٍ وَنَخْلٍ طَلْعُهَا هَضِيمٌ. وَتَنْحِتُونَ مِنَ الْجِبَالِ بُيُوتًا فَارِهِينَ ﴾ (الشعراء: 146-149)

Adakah kamu akan dibiarkan tinggal di sini (di negeri kamu ini) dengan aman, di dalam kebun-kebun serta mata air, dan tanam-tanaman dan pohon-pohon korma yang mayangnya lembut. Dan kamu pahat sebagian dari gunung-gunung untuk dijadikan rumah-rumah dengan rajin; QS. Al-Syu’ara’: 146-149.

Sehingga firman Allah subhanahu wa ta’ala yang mengatakan:

قال الله تعالى : ﴿ فَأَخَذَهُمُ الْعَذَابُ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَةً وَمَا كَانَ أَكْثَرُهُم مُّؤْمِنِينَ وَإِنَّ رَبَّكَ لَهُوَ الْعَزِيزُ الرَّحِيمُ ﴾ (الشعراء: 158-159)

maka mereka ditimpa azab. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat bukti yang nyata. Dan adalah kebanyakan mereka tidak beriman. Dan sesungguhnya Tuhanmu benar-benar Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang. QS. Al-Syu’ara’: 158-159.

Ibnu Katsir rahimhullah berkata: Allah subhanahu wa ta’ala berkata guna memberitahukan dan memperingatkan mereka bahwa siksa Allah turun kepada mereka, serta mengingatkan mereka akan nikmat Allah yang telah dilimpahkan kepada mereka berupa rizki-rizki yang melimpah ruah, menjadikan mereka dalam aman dari segala bahaya, mencurahkan bagi mereka kebun-kebun yang penuh dengan tanaman, dan mengalirkan bagi mereka mata air yang mengalir deras serta memberikan mereka tanaman dan buah-buahan, oleh karena itulah Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
وَنَخْلٍ طَلْعُهَا هَضِيمٌ
((dan tanam-tanaman dan pohon-pohon korma yang mayangnya lembut))

Ibnu Katsir berkata yaitu pada saat dia basah dan menjulur dan selain itu kalian pahat sebagian dari gunung-gunung untuk dijadikan rumah-rumah dengan rajin. Ibnu Abbas dan ulama yang lainnya berkata memahatnya dengan baik, di dalam riwayat yang lain disebutkan memahatnya dengan rakus dan melwati batas. Dan inilah pendapat yang dipilih oleh Mujahid dan jama’ah ahli tafsir dan tidak ada kontradiksi antara kedua pendapat tersebut. Sebab sesungguhnya mereka menjadikan rumah-rumah yang terukir di atas gunung-gunung tersebut secara liar melampui batas, demi kesombongan dan berlaku sia-sia bukan untuk tempat tinggal dan mereka sangat profesional dalam memahat dan mengukir batu-batuan tersebut, seperti itulah yang disimpulakn tentang keadaan mereka bagi orang yang pernah melihat tempat tinggal mereka”.

Yang menjadi penekanan kita adalah bahwa mereka terjebak dalam pola hidup yang mewah sehingga memabawa mereka mendustakan para rasul lalu akibat mereka adalah kebinasaan di dunia dan akherat.
Dan Nabi shalallahu ‘alaihi wasalam telah memberitahukan bahwa di hari kiamat kelak orang-orang yang hidup mewah akan melupakan semua kenikmatan yang pernah mereka nikmati selamat hidup di dunia. Diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab shahihnya dari Anas bin Malik bahwa Nabi shalallahu ‘alaihi wasalam bersabda: Akan ditangkan pada hari kiamat kelak seorang penghuni neraka yang keadaannya paling  mewah selama hidup di dunia, lalu dia dicelupkan satu kali ke dalam api neraka, kemudian dikatakan kepadanya: Wahai anak Adam apakah engkau pernah merasakan sedikit  kenikmatan saat hidupmu?. Apakah suatu kenikmatan telah menghampirimu saat hidup di dunia?. Lalu dia berkata: Tidak wahai Tuhanku. Lalu didatangkanlah orang yang  paling sengasara hidupnya di dunia namun dia termasuk penduduk surga, lalu orang tersebut dicelupkan satu kali celupan di dalam surga dan dikatakan kepadanya: Wahai anak Adam, apakah engkau pernah merasakan  satu kesengsaraan di dalam kehidupanmu? Apakah engkau telah mengalami hidup sengsara?. Maka dia berkata: Demi Allah tidak pernah wahai Tuhanku aku tidak pernah merasakan kesengsaraan sedikitpun dan aku tidak pernah hidup sengsara sedikitpun”.

Dan Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasalam adalah orang yang paling jauh dari pola hidup mewah, diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim dari Umar ra bahwa dia mendatangi Nabi shalallahu ‘alaihi wasalam dan melihat beliau tertidur bertikar pasir dan membekas pada pinggang beliau, maka kedua matanya menangis dan berkata: Wahai Rasulullah para raja dan kaesar hidup dalam kemewahan mereka dan engkau adalah makhluk pilihan Allah. Saat itu Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasalam berbaring lalu baliu duduk dan bersabda: Apakah engkau meragukan ajaran yang aku bawa wahai Ibnul Katab?. Kemudian Nabi shalallahu ‘alaihi wasalam bersabda: Mereka adalah kaum yang kebaikannya disegerakan pada kehidupan duniawi, di dalam sebuah riwayat disebutkan: Apakah engkau tidak rela jika mereka mendapat dunia dan kita mendapatkan akherat”.

Di antara cermin kehidupan mewah pada zaman kita sekarang ini adalah tenggelam dalam memenuhi kebutuhan sekunder secara berlebihan, contohnya sebagian keluarga merubah perabot rumah tangga pada setiap tahunnya sekalipun perabot yang lama masih layak padahal mereka mempersiapkan biaya yang sangat besar untuk urusan tersebut.
Di antara bentuk kemewahan itu adalah sebagian keluarga berupaya membeli makanan dan minuman setiap harinya dari rumah makan-rumah makan yang mahal padahal dia tidak membutuhkan hal tersebut.
Di antara bentuk kemewahan itu adalah adanya kaum wanita yang selalu mengganti pakian secara terus menerus dalam setiap pesta dan resepsi pernikahan, walaupun pakaian tersebut tidak dimanfaatkan kecuali satu kali saja, walau mereka harus membayar mahal dengan pola hidup seperti itu.

Di antara bentuk kemewhan itu adalah adanya sebagian masyarakat yang berwisata pada setiap tahunnya, dan mereka membayar biaya yang malah untuk keperluan tersebut walaupun harus berhutang. Banyak lagi bentuk-bentuk kemewahan lainnya.

Di antara dampak negatif dari pola hidup mewah adalah:

Pertama; Munculanya berbagai macam penyakit seperti penyakit kegemukan, penykait liver dan stroke dan lain-lain.

Kedua: Pola hidup seperti ini akan menjerumuskan kepada kemalasan, hidup santai dan bergantung kepada dunia sehingga akan mempermudah bagi musuh untuk menguasai umat ini, merusak aqidah mereka, mengeksploitasi kekayaan alam yang tersimpan di dalam negara mereka. Dan umat Islam harus memperoyeksikan diri mereka sebagai umat yang pejuang, kuat dan mempersiapak diri mereka untuk berdakwah kepada Allah dan menyebarkan agama ini di bumi belahan barat dan timur dan mengeluarkan mereka dari kegelapan kesyirikan menuju cahaya tauhid dan hal ini tidak akan pernah terwujud kecuali dengan kerja keras bukan dengan hidup mewah dan santai. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
قال الله تعالى : ﴿ وَقُلِ اعْمَلُواْ فَسَيَرَى اللّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ﴾ (التوبة: 105)
Dan katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, QS. Al-Taubah: 105.

Ketiga: Hidup mewah akan mengakibatkan tersalurnya smber daya dan potensi umat ini pada perkara yang tidak mendatangkan manfaat, dan umat ini sangat membutuhkan pemanfaatan kekayaan ini guna membangun kekuatan ekonomi dan militer sehingga menjadi umat yang memiliki harga diri di hadapan negara-negara lain.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
قال الله تعالى : ﴿ وَأَعِدُّواْ لَهُم مَّا اسْتَطَعْتُم مِّن قُوَّةٍ وَمِن رِّبَاطِ الْخَيْلِ تُرْهِبُونَ بِهِ عَدْوَّ اللّهِ وَعَدُوَّكُمْ ﴾ (الأنفال: 60)
Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah, musuhmu”. QS. Al-Anfal: 60.

Keempat: Hidup mewah akan membuat umat ini menjadi lemah dan menggantungkan diri pada uluran tangan orang lain, tidak berdiri pada pada sumber daya pemuda dan potensi mereka. Keadaan ini akan memaksa mereka untuk tunduk pada kekuatan musuh mereka, kekayaan mereka akan terperas, agama mereka akan rusak dan banyak kerusakan lainnya.
Hal ini terjadi jika pola hidup mewah tersebut hanya terbatas pada perkara-perkara yang mubah namun jika sudah mengarah pada perkara yang diharamkan maka perkaranya menjadi lebih bahaya lagi, itulah lonceng kehancuran dan kebinasaan sebagaimana disebutkan di dalam ayat-ayat sebelumnya.


Jumat, 12 November 2010

Penawar Kebingungan dan Kebimbangan

Terkadang, didalam kehidupan seorang yang beriman tidak terlepas dari kebimbangan dan kesedihan yang mengeruhkan kebeningan kehidupannya dan mematahkan kenikmatannya. Perkara ini akan menghapuskan dosa-dosanya dan mengangkat derajatnya. Selain itu, dia akan mendapat manfaat yang lain, yang paling penting adalah bahwa semua cobaan hidup ini akan mengarahkan seorang yang beriman untuk kembali kepada Allah subhanahu wata’ala, bersimpuh di hadapan -Nya, bertdharru’ kepada -Nya, sehingga dengannya hati akan mendapatkan ketenangan dan ketentraman, serta akan merasakan kebahagiaan dan merasa dekat dengan Allah Azza Wa Jalla, yaitu sebuah kebahagiaan yang tidak bisa terlukiskan.

Selain itu, semua perkara yang mengeruhkan hidup   akan menjadikan seorang mu’min mengetahui kehinaan duniawi. Perasaan ini akan membawanya kepada zuhud dengan dunia dan tidak cendrung kepadanya, dia akan mementingkan akherat dengan penuh keyakinan bahwa dia lebih baik dan lebih kekal abadi, sebab tidak ada kebimbangan di dalam surga dan tidak pula kesedihan sebagaimana ditegaskan di dalam firman Allah  subhanahu wata’ala:
Dan mereka berkata: "Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan duka cita dari kami. Sesungguhnya Tuhan kami benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri. (35)Yang menempatkan kami dalam tempat yang kekal (surga) dari karunia -Nya; di dalamnya kami tiada merasa lelah dan tiada pula merasa lesu". (QS. Fathir: 34-35)
Alangkah agungnya manfaat yang didapatkan bagi orang yang mengetahui hikmah Allah yang terakandung di dalamnya. Dan di bawah ini beberapa langkah yang bermanfaat untuk menghalau rasa bimbang, bingung, sedih dan berencana bagi orang yang menggunakannya secara baik.

Pertama:
Beriman dan beramal shaleh. Allah subhanahu wata’ala berfirman:
Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. (QS. Al-Nahl: 97)
Ini adalah janji Allah subhanahu wata’ala kepada orang yang beriman dan beramal shaleh bahwa Dia akan menganugarahkan kepada mereka kehidupan yang baik. Diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab shahihnya dari Shuhaib RA berkata: Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Sungguh menakjubkan perkara seorang yang beriman, sesungguhnya segala perkara orang yang beriman itu baik, dan hal itu tidak terjadi kecuali bagi orang yang beriman, jika dia mendapatkan kebaikan maka dia bersyukur maka itu adalah lebih baik baginya, dan apabila mendapat musibah dia bersabar dan itu lebih baik baginya”.
 
Kedua:
Kegembiraan seorang muslim karena apa yang diperolehnya berupa pahala yang agung, upah yang besar, sebagai balasan atas kesabaran dan harapan pahala dari Allah subhanahu wata’ala atas bencana-bencana yang menimpanya itu baik berupa kebimbangan duniawi dan segala bentuk musibahnya.
Diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari dan Muslim dari Abi Hurairah RA bahwa Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Apa apa yang menimpa seorang muslim baik keletihan, penyakit yang akut, kebimbangan, kesedihan, gangguan, kebingungan bahkan duri yang menusuknya, kecuali Allah akan menghapuskan dengannnya kesalahan-kesalahannya”,   di dalam riwayat yang lain disebutkan: 
Bahkan kecemasan kecuali Allah subhanahu wata’ala akan menghapuskan dengannya segala keburukan-keburukannya”,  di dalam riwayat yang lain disebutkan oleh Imam Muslim: Apapun yang menimpa seorang muslim baik duri atau yang lebih kecil darinya kecuali Allah akan mengangkat derajatnya dengan musibah tersebut atau dia akan dihapuskan kesalahannya”. 
Akhirnya seorang muslim menyadari bahwa apapun musibah yang menimpanya, baik kebimbangan dan kecemasan pada hakekatnya hal itu sebagai penghapus bagi kesalahan-kesalahannya dan tabungan bagi kebaikannya. Seorang ulama salaf berkata: Seandainya bukan karena musibah maka kita akan datang pada hari kiamat sebagai orang yang merugi. Bahkan salah seorang di antara mereka senang jika ditimpa musibah sebagaimana kesenangan mereka hidup dalam suasana sentosa.

Ketiga:
Mengetahui hakekat dunia, bahwa dia fana, kesenangan yang ada padanya sangatlah sedikit, kelezatannya bisa mendatangkan kekeruhan, tidak pernah menjanjikan kecerahan bagi siapapun, jika seseorang tertawa di dunia dalam sesaat, maka orang itu menangis di dunia dalam waktu yang panjang, jika dia seseorang gembira di dunia dalam waktu yang pendek maka dia juga membuat seseorang, banyak bersedih. Allah subhanahu wata’ala berfirman:
Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu, Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran);. (QS. Ali Imron: 140). Maka hari-hari bergilir satu hari untuk kemenangan dan di hari yang lain penderitaan. Diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab shahihnya dari Abi Hurairah RA bahwa Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Dunia ini adalah penjara bagi orang yang beriman dan surga bagi orang kafir”. 

Dunia juga sebagai ladang kelelahan, gangguan, kebingungan, kecemasan maka seorang yang beriman akan merasa tenang setelah meninggalkannya. Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim di dalam kitab shahihnya dari Abi Qotadah bahwa jenazah seseorang melewati Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam lalu bersabda: Tenang dan orang lain tenang darinya
”. Para shahabat bertanya: Wahai Rasulullah apa yang anda maksudkan dengan kata tenang dan orang lain tenang darinya?. Maka beliau bersabda: Seorang hamba yang beriman akan tenang terlepas dari keletihan duniawi dan gangguannya menuju rahmat Allah sementara hamba yang bejat akan membuat manusia, negeri, pohon dan hewan akan tenang dengan kepergiannya”. 

Inilah makna tentang hakekat dunia yang disadari oleh orang yang beriman maka dengan kesadaran ini segala musibah dan kebimbangan akan menjadi enteng, sebab dia menyadari bahwa itulah hakekat dunia.

Keempat:
Kebimbangan dan kecemasan yang terjadi dunia ini akan membuat jiwa ini tercerai berai, memporak-porandakan kekuatannya, namun jika seseorang menjadikan orientasinya mengarah kepada akherat maka Allah subhanahu wata’ala akan mengumpulkan kekuatannya dan tekadnya akan dimantapkan. Diriwayatkan oleh Al-Turmudzi di dalam kitab sunannya dari Anas bin Malik bahwa Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Barangsiapa yang menjadikan negeri akherat sebagai orientasinya maka Allah akan menjadikan kekayaan di dalam hatinya dan Dia akan mengumpulkan segala kekuatannya sementara dunia ini akan datang mengejarnya dengan penuh ketundukan, dan barangsiapa yang menjadikan dunia sebagai orientasinya maka Allah akan menjadikan kefakiran di hadapannya dan mencerai beraikan kekuatannya dan dunia tidak datang kepadanya kecuali apa yang telah ditetapkan baginya”.

Kelima:
Berdo’a. Langkah ini adalah penawar yang paling ampuh dalam menghilangkan kebimbangan dan kebingungan. Allah subhanahu wata’ala berfirman:
Dan apabila hamba-hamba -Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada -Ku, (QS. Al-Baqarah: 186).
Allh subhanahu wata’ala berfirman:
Berkata Musa: "Ya Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku. (QS. Thaha: 25).
Dan Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam meminta perlindungan kepada Allah subhanahu wata’ala dari segala kebimbangan dan kesedihan. Diriwayatkan oleh Al-Buhkari di dalam kitab shahihnya dari Anas bin Malik berkata : Aku menjadi pembantu Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam di dalam rumah tangganya dan apabila beliau memasuki rumah keluarganya maka beliau bersabda:
(( اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْهَمِّ وَالْحُزْنِ، وَالْعَجْزِ وَالْكَسَلِ، وَالْبُخْلِ وَالْجُبْنِ، وَضَلَعِ الدَّيْنِ وَغَلَبَةِ الرِّجَالِ))
“Ya Allah! Sesungguhnya aku berlindung kepada -Mu dari (hal yang) menyedihkan dan menyusahkan, lemah dan malas, bakhil dan penakut, lilitan hutang dan penindasan orang.”[8]
Diriwayatkan oleh Abu Dawud di dalam kitab sunannya dari hadits riwayat Abdurrahman bin Abi Bakroh bahwa Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Do’a orang yang kesusahan adalah;
(( اَللَّهُمَّ رَحْمَتَكَ أَرْجُو فَلاَ تَكِلْنِيْ إِلَى نَفْسِيْ طَرْفَةَ عَيْنٍ، وَأَصْلِحْ لِيْ شَأْنِيْ كُلَّهُ، لاَ إِلَـهَ إِلاَّ أَنْتَ )).
Ya Allah! Aku mengharapkan (mendapat) rahmat -Mu, oleh karena itu, jangan Engkau biarkan diriku sekejap mata (tanpa pertolongan atau rahmat dari -Mu). Perbaikilah seluruh urusanku, tiada Tuhan yang berhak disembah selain Engkau.”[9]
Apabila seorang hamba mendengungkan do’a ini dengan hati yang sadar, niat yang benar dan dibarengi dengan usaha-usaha yang menyebabkan do’a tersebut diterima maka Allah pasti memberikan apa-apa yang dimintanya dan dia berbuat untuk mewujudkan keinginannya serta kecemasan akan berbuah kesenangan dan kegembiraan.
Keenam: Bertawakkal kepada Allah subhanahu wata’ala. Dia berfirman:
Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya. (QS. Al-Thalaq: 3)

Artinya mencukupkan keperluannya baik dari perkara dunia atau akherat. Syekh Abdurrahman As-Sa’di berkata: Maka pada saat hati ini bergantung kepada Allah subhanahu wata’ala, berserah diri kepada -Nya, tidak menyerah pada kecemasan, tidak pula dikendalikan oleh hayalan-hayalan yang buruk, maka dia akan percaya kepada Allah, mengharap pada karunia -Nya, dengannya pula segala serpihan-serpihan kebimbangan dan kebingungan akan terusir, serta akan terbebas dari banyak jenis penyakit hati dan jasad. Hati akan merasakan kekuatan, kelapangan dan kegembiraan yang tidak bisa terlukiskan….”

Langakah-langkah untuk menggapai kebahgiaan itu ternyata sangat banyak bagi mereka yang menyadarinya, dan aku hanya menyebutkan beberapa langkah yang penting saja, dan semua langkah ini akan bertumpu pada membaca Al-Qur’an yang dibarengi dengan perenungan, dia adalah pelipur hati, cahaya bagi dada, penghapus kesedihan, penghilang segala kebimbangan dan kebingungan, obat bagi segala macam penyakit baik penyakit badan atau hati. Allah subhanahu wata’ala berfirman:
Katakanlah: "Al Qur'an itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang yang beriman”. QS. Fushilat: 44).
Allah subhanahu wata’ala berfirman:
Dan Kami turunkan dari Al Qur'an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman”. (QS. Al-Isro’: 82)
Maka barangsiapa yang membaca Al-Qur’an ini dengan penuh perenungan dan meresapi maknanya maka segala kecemasan dan kebimbangan akan hilang dari dirinya. Allah subhanahu wata’ala berfirman:
(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah -lah hati menjadi tenteram. (QS. Al-Ra’du: 28).