Minggu, 31 Oktober 2010

Rukun Iman

Kita wajib beriman kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para rasul-Nya, hari akhir, dan beriman kepada takdir baik dan buruk dari Allah Ta’ala. Dalilnya:

آَمَنَ الرَّسُولُ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْهِ مِنْ رَبِّهِ وَالْمُؤْمِنُونَ كُلٌّ آَمَنَ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْ رُسُلِهِ

“Rasul telah beriman kepada Al-Qur'an yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan antara seseorang pun (dengan yang lain) dari rasul rasul-Nya" (QS. Al-Baqarah: 285)

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا آَمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَالْكِتَابِ الَّذِي نَزَّلَ عَلَى رَسُولِهِ وَالْكِتَابِ الَّذِي أَنْزَلَ مِنْ قَبْلُ وَمَنْ يَكْفُرْ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الْآَخِرِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا بَعِيدًا

“Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya, serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya.” (QS. An-Nisa’: 136)

Nabi SAW bersabda: “Iman adalah engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari kiamat, dan beriman kepada takdir yang baik dan takdir yang buruk.” (HR. Bukhari dan Muslim) dan dalam riwayat Imam Muslim: “Engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-Nya, pertemuan dengan-Nya, para rasul-Nya, dan engkau beriman pula kepada hari kebangkitan serta takdir seluruhnya.”

Kedua: Tauhid Yang Murni Adalah Prinsip Dasar Seluruh Ajaran Agama Samawi

• Kita beriman kepada tauhid yang murni adalah fitrah yang diciptakan oleh Allah dalam diri hamba-hamba-Nya. Tauhid merupakan prinsip dasar ajaran seluruh agama-agama samawi.

Sedangkan penyelewengan dari tauhid, berupa penyembahan kepada selain Allah, menisbatkan anak untuk Allah, dan keyakinan bahwa zat Allah menyatu dalam diri makhlukNya, semua ini adalah kemusyrikan dan penyelewengan yang diingkari oleh seluruh nabi dan rasul.

Dalilnya adalah:

QS. Al-A’raf: 172-173 (artinya):

“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)", atau agar kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya orang-orang tua kami telah mempersekutukan Tuhan sejak dahulu, sedang kami ini adalah anak-anak keturunan yang (datang) sesudah mereka. Maka apakah Engkau akan membinasakan kami karena perbuatan orang-orang yang sesat dahulu?"

Dalam ayat ini, Allah memberitahukan bahwa Dia telah mengeluarkan anak cucu Adam dari sulbi mereka, dan mereka bersaksi atas diri mereka bahwa Allah adalah Tuhan dan pemilik mereka. Sesungguhnya tiada tuhan selain Dia, sebagaimana Allah telah menciptakan mereka di atas tauhid.

QS. Ar-Ruum: 30:

فِطْرَةَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ

“(tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui,”

Para ulama bersepakat bahwa “fitrah” dalam ayat ini maksudnya adalah Islam.

Rasulullah SAW bersabda: “setiap bayi dilahirkan dalam keadaan fitrah, kedua orangtuanya lah yang kelak menjadikannya Yahudi, Nashrani, atau Majusi. Sebagaimana seekor hewan melahirkan anak yang sempurna, apakah kalian mendapatkan padanya kekurangan?” (HR. Muttafaq ‘alaih, lafadznya dari imam Muslim)

Abu Hurairah berkata: “Bacalah firman Allah Ta’ala:

فِطْرَةَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لَا تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللَّهِ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ

“(tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS. Ar-Ruum: 30)

Maknanya: sesungguhnya orang tuanya lah yang mempengaruhinya sehingga menjadi Yahudi, Nasrani, atau Majusi. Padahal waktu lahirnya ia dalam keadaan suci, tak ubahnya seperti seekor hewan yang kemudian cacat padahal ketika ia dilahirkan dalam keadaan sempurna.

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda: “Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: “Sesungguhnya Aku telah menciptakan hamba-hamb-Ku dalam keadaan hanif (bertauhid), lalu mereka didatangi oleh syetan, yang menyesatkan mereka dari ajaran agama mereka, dan (syetan tersebut) mengharamkan kepada mereka apa yang Aku halalkan.” (HR. Muslim)

Firman Allah Ta’ala tentang kesamaan dakwah seluruh nabi dan rasul, yaitu untuk beribadah hanya kepada Allah semata,(artinya):

“Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku". (QS. Al-Anbiya’: 25)

Firman Allah Ta’ala: QS. Al-Ahqaf: 21 (artinya):

“Dan ingatlah (Hud) saudara kaum ‘Ad yaitu ketika dia memberi peringatan kepada kaumnya di Al-Ahqaaf dan sesungguhnya telah terdahulu beberapa orang pemberi peringatan sebelumnya dan sesudahnya (dengan mengatakan): "Janganlah kamu menyembah selain Allah, sesungguhnya aku khawatir kamu akan ditimpa adzab hari yang besar".

Allah mengabarkan bahwa seluruh pemberi peringatan (rasul) dari sebelum Hud dan yang sesudahnya, semua menyeru untuk beribadah kepada Allah semata.

Firman Allah Ta’ala: QS. An-Nahl: 36

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ

"Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu."

Allah menjelaskan bahwa semua Nabi datang untuk mengajarkan tauhid dan menyeru untuk beribadah kepada Allah semata serta menjauhi segala yang diibadahi selain Allah.

Firman Allah Ta’ala, QS. Ali Imran: 64

قُلْ يَا أَهْلَ الْكِتَابِ تَعَالَوْا إِلَى كَلِمَةٍ سَوَاءٍ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ أَلَّا نَعْبُدَ إِلَّا اللَّهَ وَلَا نُشْرِكَ بِهِ شَيْئًا وَلَا يَتَّخِذَ بَعْضُنَا بَعْضًا أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ فَإِنْ تَوَلَّوْا فَقُولُوا اشْهَدُوا بِأَنَّا مُسْلِمُونَ

“Katakanlah: "Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatu pun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah. Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka: "Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)".

Redaksi ini mencakup seluruh ahli kitab, Yahudi dan Nasrani serta pengikut mereka. Kalimat Sawa’, kalimat yang disepakati dan tidak ada perselisihan di antara mereka, adalah menyeru kepada pengeesaan Allah (tauhid), janganlah sebagian orang menjadikan sesamanya sebagai tuhan yang disembah selain Allah.

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda: “para nabi adalah saudara sebapak dan berlainan ibu, dan agama mereka satu.” (Muttafaq ‘Alaih)

Maksudnya: ajaran tauhid yang mereka bawa adalah sama, sedangkan yang berbeda adalah cabang- cabang syariah.

Firman Allah Ta’ala, QS. Ali Imran: 79-80 (artinya):

“Tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah berikan kepadanya Al Kitab, hikmah dan kenabian, lalu dia berkata kepada manusia: "Hendaklah kamu menjadi penyembah-penyembahku bukan penyembah Allah." Akan tetapi (dia berkata): "Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani, karena kamu selalu mengajarkan Al-Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya. Dan (tidak wajar pula baginya) menyuruhmu menjadikan malaikat dan para nabi sebagai tuhan. Apakah (patut) dia menyuruhmu berbuat kekafiran di waktu kamu sudah (menganut agama) Islam?"

Allah mengabarkan: tidak pantas seorang Nabi menyeru untuk menyembah dirinya, bukan kepada Allah Ta’ala. Kalau hal ini tidak boleh bagi para nabi dan rasul , maka bagi orang selain mereka lebih tidak boleh lagi.

Allah membantah anggapan orang Nasrani bahwa Isa bin Maryam menyuruh mereka agar beribadah kepada dia dan ibunya, selain menyembah Allah. Allah berfirman, al-Maidah: 116-117 (artinya):

“Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman: "Hai Isa putra Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia: "Jadikanlah aku dan ibuku dua orang tuhan selain Allah?" Isa menjawab: "Maha Suci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya). Jika aku pernah mengatakannya maka tentulah Engkau telah mengetahuinya. Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara yang gaib-gaib". Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku (mengatakan) nya yaitu: "Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhanmu", dan adalah aku menjadi saksi terhadap mereka, selama aku berada di antara mereka. Maka setelah Engkau wafatkan (angkat) aku, Engkau-lah yang mengawasi mereka. Dan Engkau adalah Maha Menyaksikan atas segala sesuatu.”

Allah mengingkari Diri-Nya mempunyai anak, dan mengabarkan bahwa Dia Mahakaya, kepunyaan-Nya apa saja yang ada di langit dan di bumi. Allah berfirman, QS. Al-Baqarah: 116-117 (artinya):

“Mereka (orang-orang kafir) berkata: "Allah mempunyai anak". Maha Suci Allah, bahkan apa yang ada di langit dan di bumi adalah kepunyaan Allah; semua tunduk kepada-Nya. Allah Pencipta langit dan bumi, dan bila Dia berkehendak (untuk menciptakan) sesuatu, maka (cukuplah) Dia hanya mengatakan kepadanya: "Jadilah". Lalu jadilah ia.”

“Mereka (orang-orang Yahudi dan Nasrani) berkata: "Allah mempunyai anak". Maha Suci Allah; Dia-lah Yang Maha Kaya; kepunyaan-Nya apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Kamu tidak mempunyai hujjah tentang ini. Pantaskah kamu mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui?” (QS. Yunus: 68)

Kedustaan yang mereka ada-adakan ini hampir saja membuat langit pecah dan bumi terbelah, serta gunung-gunung runtuh. Allah berfirman (artinya):

”Dan mereka berkata: "Tuhan Yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak". Sesungguhnya kamu telah mendatangkan sesuatu perkara yang sangat mungkar, hampir-hampir langit pecah karena ucapan itu, dan bumi belah, dan gunung-gunung runtuh, karena mereka mendakwa Allah Yang Maha Pemurah mempunyai anak.Dan tidak layak bagi Tuhan Yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak. Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi, kecuali akan datang kepada Tuhan Yang Maha Pemurah selaku seorang hamba.Sesungguhnya Allah telah menentukan jumlah mereka dan menghitung mereka dengan hitungan yang teliti. Dan tiap-tiap mereka akan datang kepada Allah pada hari kiamat dengan sendiri-sendiri.” (QS. Maryam: 88-95)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar