Minggu, 31 Oktober 2010

Sepucuk Surat Buat Seorang Istri

Apa kiranya yang layak untuk mengawali surat yang aku untaikan untukmu ? apakah aku akan memberimu madu ? apakah aku akan menghiburmu ? Tidak ….. sekali-kali tidak ….. aku tak akan mempersembahkan hiburan dan juga madu kepadamu …..Akan tetapi aku ingin mengungkapkan kata : “ Berbahagialah engkau ….. kemudian berbahagialah engkau …..benar, engkau adalah seorang istri mujahid sang pahlawan, yang telah mengangkat kemulianya pada hari dimana para lelaki menjadi hina. Beliau telah sampai ke medan jihad, pada hari batok kepala mereka diinjak-injak dipenjuru dunia. Maka berbahagialah engkau karena engkau akan mendapatkan syafaat dari as syahid – insya Allah -, karena ia dapat memberi syafaat tujuh puluh kerabatnya “.

Sementara engkau sendiri wahai saudariku ….. engkau seorang sosok wanita penyabar, yang telah setia mendampingi sang suami dalam menghadapi berbagai macam ujian dengan sabar sampai akhir hidupnya. Engkau selalu ridho kepada Robmu dan ridho kepada suamimu. Maka selamat berbahagia wahai saudariku dengan datangnya nikmat ini….. engkaulah yang telah dipilih oleh Allah diantara keluargamu, bahkan diantara kaum wanita sedunia untuk menjadi ranjang bagi seorang pemuda Islam yang telah menjual dunianya dengan akhirat, dan Allah memilihmu dengan diberi ujian ini. Yang semuanya jika tidak datang kepadamu dari suamimu maka itu semua cukup membuatmu dengan ujian itu menjadi suatu kebanggaan, dan menjadi pahala yang paling besar. Semoga Allah menetapkan bagimu kedudukan yang agung di dalam Jannah, yang tidak akan engkau dapatkan kecuali dengan amalmu dalam menghadapi besarnya musibah yang menimpamu. Maka pebaikilah selalu kesabaranmu dan pasrahkanlah dirimu hanya kepada Allah…..
Sesungguhnya orang-orang menyaksikan dirimu dengan pandangan marah ….. karena engkau adalah seorang istri yang mengusik pembaringan mereka, sementara mereka takut dengan perbuatan yang mereka lakukan. Mereka takut kalau sekiranya engkau menuntut balas akan perbuatan yang mereka lakukan terhadap suamimu, atau engkau didik anak-anakmu diwaktu kecil sepeninggal suamimu menjadi seperti bapaknya yang mulia dan gagah berani. Sungguh ! engkau telah membuat ketakutan mereka – musuh-musuh Allah -.
Angkatlah kepalamu tingi-tinggi dan katakanlah dengan lantang ….. “ Sesungguhnya aku adalah istri seorang mujahid yang suamiku selalu dituntut dan dikejar-kejar oleh orang-orang kafir budak Yahudi, mereka ingin membeli suamiku dengan menggadaikan budak-budak mereka, akan tetapi suamiku menolak untuk menjadi begundal mereka. Suamiku adalah seorang yang taat dalam beragama, selalu merendah diri. Hidup berdamping dengannya aku rasakan ketenangan dan kebahaiaan, hidup berdamping dengannya bisa menjadi seperti layaknya orang banyak, akan tetapi ia tinggalkan kemewahan itu sampai ia dewasa lalu ia nikah dan punya anak kemudian meninggal. Ia selesaikan keperluannya sepanjang masa, akan tetapi ia tidak tertipu dengan dunia yang hina itu. Beliau adalah orang yang bercita-cita tinggi, beliau angkat kemuliaan ummatnya , akan tetapi ia tidak pernah menampakkan namanya. Kehidupan beserta isinya semua tidak beliau hiraukan….. dan sungguh beliau telah menuju kepada kehidupan yang lain – yaitu akhirat -. Dikarenakan kenikmatan akhirat tidak akan pernah habis…… “.
Ya Allah ! rahmatilah beliau dan kumpulkanlah beliau dengan istrinya di dalam Jannah kelak…..

Saudariku …..

Semoga kesedihan yang telah menyetrika hatimu dengan berpisah dengan suamimu akan dimuliakan dan ditinggikan derajatnya disisi Allah. Semoga engkau menjadi contoh yang baik bagi kebanyakan orang, dan mudah-mudahan banyak akhwat yang mencontoh dirimu karena Allah. Kami berharap akan muncul para pemberani di negeri ini yang berbuat dengan anak-anak kami seperti yang telah dilakukan oleh suamimu. Berapa banyak para ibu yang patah hatinya, berapa banyak anak-anak yang ditinggalkan oleh orang tuanya berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun, bahkan berapa banyak ibu yang dicegah untuk melihat anak-anaknya yang dipenjara dalam masa yang lama. Mereka tidak menginginkannya dapat melihat, karena pada saat itu anak-anaknya sedang dicambuk….. semuanya ini mereka lakukan dalam rangka mencari keridhoan musuh-musuh Allah dari orang Yahudi dan Salibis…..
Maka katakanlah dengan lantang wahai saudariku ….. “ Cukup Allah pelindung kami atas kalian wahai negara dzolim dan melampaui batas “.

Angkatlah kedua telapak tanganmu tinggi-tinggi dengan selalu berdoa tidak putus-putus, karena do’a orang yang terdzolimi itu tidak ada pembatas antara dia dengan Allah. Dan janganlah kamu merasa putus asa dengan rahmat Allah dan jangan putus asa khawatir tidak dikabulkan permintaan.

Sebelum saya akhiri risalah ini, aku ingin membisikkan di kedua telingamu kabar gembira yang agung ….. “ Bergembiralah wahai saudariku, sesungguhnya suamimu telah menyibakkan kegelapan dunia, dan menjadikan malam menjadi terang benderang….. sebantar lagi engkau akan menghapus derita kami, dan derita ummat kami yang terluka. Dan sebentar lagi kita akan dapat mengusir orang-orang kafir dari bumi kita dan kita bunuh mereka dengan pembunuhan yang menghinakan mereka. Dan sebentar lagi kita akan dapat menunaikan sholat di Masjidil Aqsho – insya Allah – “.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar